Guru olahraga meminta empat siswanya untuk berjajar di posisi masing-masing dan menunggu aba-aba untuk mulai lari.
Empat anak itu masing-masing memakai nomor urut 1,2,3 dan 4.
Guru mulai memberi instruksi. "Sekarang praktik penilaian lari. Ke posisi masing-masing!," seru sang guru olahraga.
"Siap!," sahut empat siswa itu dan mereka langsung ke posisi serta mengambil ancang-ancang berlari.
"Satu, dua, tiga, lari!," guru sudah memberi perintah.
Tiga siswa langsung berlomba lari secepat kilat, tapi anak dengan urutan ke empat masih dalam posisi ancang-ancang dan tak bergerak.
"He, Mat! Kok tak buruh (lari), Mat?," tanya guru itu keheranan.
"La kan 1,2,3 yang disuruh lari Pak. Aku kan nomor 4 pak," jawab bocah itu dengan ekspresi polos tanpa dosa.
Antara jengkel tapi menganggapnya lucu, guru olahraga itu pun memberinya perintah lagi.
"Oh Allahu Akbar! Buru, buruh, buruh! (Lari, lari, lari!)," kata guru itu pada si bocah yang langsung berlari menyusul teman-temannya.
Rupanya anak ini tak paham kalau aba-aba memang hanya dari hitungan 1 hingga 3 dan bukan berdasarkan nomor urutnya.