Agar seragam sekolah seperti sepatu, pakaian, dan peralatan sekolah lainnya tidak basah, para siswa terpaksa membukanya ketika akan menyeberang.
Sejumlah siswa bahkan memilih bertelanjang dada sambil sambil memegang seragam mereka.
Tak sedikit siswa punya pengalaman jatuh di tengah arus hinga seragam dan buku mereka basah kuyup sebelum tiba di sekolah.
Baca Juga : Asyik Bulan Madu di Amerika Serikat, Baim Wong Nyaris Kehilangan Mobil Gegara Salah Parkir
pelajar menyeberangi sungai di Polewali Mandar
Sejumlah warga yang khawatir anaknya hanyut terbawa arus, terutama siswa TK dan SD yang baru masuk sekolah, umumnya mengantar-jemput anak mereka ke sekolah setiap hari.
Terutama, di saat musim hujan ini, yang arus sungainya sewaktu-waktu bisa deras dan naik. Siswa di desa ini pada umumnya sekolah berdasarkan situasi cuaca.
Saat arus deras atau sungai meluap, mereka terpaksa tidak sekolah, bahkan bisa berlangsung berhari-hari. Mereka baru bisa sekolah kembali saat sungai surut.
Nursafika, siswi SMP Negeri Pasang ini mengaku, setiap hari dia harus bongkar pasang seragam di bibir sungai sebelum dan pulang sekolah.
Saat sungai meluap, Safika kerap tak sekolah berhari-hari karena tak ada jalan alternatif yang dekat.
“Kadang tidak sekolah kalau sungai meluap karena membahayakan. Mudah-mudahan dibangun jembatan biar tidak lagi menyeberang (sungai) dan bisa sampai ke sekolah lebih cepat,” kata Safika. Agar aman dan bisa saling berpegangan, terutama saat arus deras, para siswa memilih berangkat ke sekolah sambil berkelompok menyeberangi sungai. Situasi yang miris tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun.
Para siswa memilih menyeberangi sungai ketimbang harus berjalan kaki sambil memutar lebih dari tiga kilomter jika melalui jalur lain.