Tapi ia memutuskan berhenti dan melihat kembali pada dirinya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Meski ini adalah penjara “palsu”, aturan di dalamnya bisa sangat ketat.
Baca Juga : Lovebird Kusumo yang Pernah Ditawar Rp2 Miliar Mati Mendadak, Ini Alasan si Pemilik Tidak Mau Menjualnya
Para penghuni dilarang berbicara dengan narapidana lainnya. Tidak ada ponsel, tidak ada jam.
Para narapidana akan mendapatkan kostum penjara berwarna biru, tikar yoga, seperangkat teh, bolpoin, dan buku catatan.
Mereka harus tidur di lantai, ada toilet kecil di dalam ruangan, tapi tidak ada cermin.
Menu penjaranya, ada ubi jalar kukus dan pisang shake untuk makan malam, sementara untuk sarapan ada bubur nasi.
Co-founder Noh Ji-hyang mengatakan, penjara tiruan ini terinspirasi oleh suaminya, seorang jaksa yang sering bekerja selama 100 jam dalam seminggu.
“Dia bilang, dia lebih suka pergi ke sel isolasi selama seminggu untuk beristirahat dan merasa lebih baik,” ujar Noh, dikutip dari Reuters.
Baca Juga : 5 Fakta tentang Suku Terasing Pulau Sentinel yang Membunuh Turis Asing, Ternyata Termasuk Wilayah India
Menurunnya pasar high-tech di Korea Selatan, serta didorong target ekspor yang tinggi mendorong baik lingkungan sekolah maupun lingkungan pekerjaan menjadi hiper-kompetitif.