Suar.ID - Warganet baru-baru ini dibuat geram dan marah oleh viralnya sebuah kasus tragis yang menimpa seorang mahasiswi berinisial NW alias Novia Widyasari.
Mahasiswi asal Mojokerto, Jawa Timur tersebut ditemukan tewas seusai menenggak racun di dekat makam ayahnya pada Kamis (2/12/2021).
Sebelum mengakhiri hidupnya, korban sempat diminta oleh pacarnya yakni seorang oknum polisi, Bripda RB untuk melakukan aborsi sebanyak dua kali berturut-turut.
Lewat acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Senin (6/12/2021), seorang penjaga makam tempat korban tewas yakni Sugito menceritakan kronologi tewasnya korban.
Awalnya sekira pukul 15.00 WIB, korban tiba di areal makam.
"Langsung dia itu duduk di makam ayahnya," kata Sugito.
Sugito menjelaskan, sebelum korban meninggal korban bahkan sempat membacakan doa untuk almarhum ayahnya.
"Setelah dia membaca tahlil, dia itu langsung minum," kata Sugito.
Sugito mengaku tak menaruh curiga saat korban meminum racun.
Ia awalnya mengira korban meminum teh biasa.
"Setelah saya lihat, dia langsung tergeletak," kata Sugito.
Sugito akhirnya berinisiatif mendatangi korban dan ternyata korban telah meninggal dunia.
Rekan Sugito sempat tak percaya jika korban meninggal.
"Setelah itu minumannya saya bau, wah ini racun," kata Sugito.
Sugito akhirnya menghubungi perangkat desa untuk mengabari adanya insiden di tempat kejadian perkara (TKP).
Dipaksa Minum Obat Aborsi
Sebelum korban meninggal, korban sudah melakukan aborsi dua kali bersama Bripda RB.
Korban diduga meminum obat penggugur kandungan yang dibeli di Malang.
Aborsi pertama dilakukan saat usia kandungan korban menginjak usia beberapa minggu.
Aksi itu dilakukan korban di sebuah rumah kos.
Tak lama berselang, korban hamil untuk kedua kalinya.
Korban kemudian menggugurkan kandungan saat kehamilannya menginjak usia empat bulan.
Bripda RB diduga membeli obat penggugur kandungan seharga Rp 1,5 juta dan meminta korban meminumnya sebelum pulang ke Mojokerto.
Di perjalanan pulang, korban mengalami pendarahan di warung sate sekitar wilayah Kabupaten Mojokerto.
"Selama pacaran Oktober 2019 sampai dengan Desember 2021 sudah melakukan tindakan aborsi bersama, yang mana dilaksanakan pada Maret Tahun 2020 dan yang kedua Agustus 2021," terang Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Pol Slamet Hadi Supraptoyo, dikutip dari TribunJatim.com, Sabtu (4/12/2021).
Meski memaksa aborsi, Bripda RB disebutnya tak pernah melakukan tindakan kasar terhadap korban.
"Sampai hari ini kami tidak mendapatkan itu, karena mereka berpacaran mulai Oktober 2019 sampai kemarin pada saat (Korban) sebelum meninggal, mereka hepi-hepi saja," katanya.
Diduga mendapatkan rekanan dari Bripda RB, korban akhirnya mengalami depresi hingga nekat mengakhiri hidup dengan menenggak racun.
Polda Jatim kini mengumpulkan bukti-bukti terkait penyebab NW mengakhiri hidupnya lantaran persoalan asmara dengan mantan pacarnya.
"Kami mengamankan seseorang yang berinisial RB, yang bersangkutan profesinya Polisi berpangkat Bripda, bertugas umum di Polres Pasuruan Kabupaten," ujar Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Pol Slamet Hadi Supraptoyo dalam konferensi pers di Polres Mojokerto, Sabtu (4/12/2021), dikutip dari Surya.co.id.
Brigjen Slamet mengatakan, perbuatan Bripda RB secara internal melanggar Kode Etik Profesi Polri (Keep).
Sehingga, sesuai Perkap nomor 14 tahun 2011, maka yang bersangkutan dijerat pasal 7 dan 11.
Hukuman pelanggaran kode etik paling berat adalah PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat).
"Kita sudah sepakat menjalankan dan kita akan menerapkan pasal-pasal ini dan (Kode Etik) paling berat PTDH itu nanti," ujarnya, Sabtu, seperti diberitakan TribunJatim.com.
Selain ancaman PTDH, terduga pelaku Bripda RB juga terancam hukuman pidana terkait keterlibatannya dalam tindakan aborsi bersama mahasiswi NW.
Hukum pidana diterapkan Pasal 348 KUHP Juncto 55 tentang perbuatan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan janin dengan hukuman lima tahun penjara.
Kini, oknum Polisi Bripda RB yang bertugas di Polres Pasuruan Kabupaten tersebut telah ditahan oleh Propam Polda Jatim.