Suar.ID - Belum lama ini International Consertorium of Investgative Journalists (ICIJ) merilis hasil investigasi mereka yang menggemparkan dunia.
Pasalnya, investigasi ini berisi kekayaan ratusan pemimpin dunia, politisi berpengaruh, miliarder, selebritas, tokoh agama, hingga gembong narkoba.
Dari hasil investigasi ini para tokoh ini rupanya menyembunyikan aset mereka dalam berbagai bentuk.
Mulai darimansion, properti ekslusif yang berada di depan pantai, kapal pesiar dan aset lainnya selama 25 tahun terakhir.
Dilansir Kompas.tv, investigasi ini dilakukan dengan ICIJ dengan menyelidiki hampir 12 juta dokumen dari 14 perusahaan di seluruh dunia.
Mengutip dari Assosiated Press, laporan ini dirilis pada Minggu (3/110) dan dikerjakan oleh 600 jurnalistik dari 150 media di 117 negara.
Laporan ini pun disbeut 'Pandora Papers', karena menjelaskan transaksi rahasia para elite dan koruptor yang sebelumnya tersembunyi.
Hasil investigasi ini juga mengungkapkan modus mereka menyembunyikan aset dengan menggunakan rekening luar negeri untuk melindungi aset yang secara kolektif bernilai triliunan dolar.
Dari kategori politisi ada lebih dari 330 mantan politisi dan yang sekarang masih menjabat.
Termasuk Raja Yordania Abdullah II, mantan PM Inggris Tony Blair, Perdana Menteri Republik Ceko Andrej Babis, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Presiden Ekuador Guillermo Lasso, serta orang-orang dekat Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kemudian dari ketegori miliader, ada nama pengusaha konstruksi asal Turki ErmanIIicak, dan mantan CEO produsen sepatu Reynolds & Reynolds, Robert T. Brockman.
"Banyak akun dirancang untuk menghindari pajak dan menyembunyikan aset untuk alasan rahasia lainnya," tulis ICIJ dalam Pandora Papers, seperti dikutip dari AP, Senin (4/10/2021).
"Kebocoran data baru ini harus menjadi peringatan,” kata anggota parlemen dari partai Hijau di Parlemen Eropa Sven Giegold.
“Penghindaran pajak global memicu ketidaksetaraan global. Kita perlu memperluas dan mempertajam tindakan pencegahan sekarang.” ujar Sven.
Oxam International, sebuah konsorsium amal Inggris, mengapresiasi Pandora Papers karena mengungkap contoh keserakahan yang merampas pendapatan pajak negara.
Padahal pajak ini bisa digunakan untuk membiayai program dan proyek untuk kebaikan yang lebih besar.
“Di sinilah rumah sakit kami yang hilang. Di sinilah paket gaji dari semua guru tambahan dan petugas pemadam kebakaran dan pegawai negeri yang kita butuhkan," kata Oxfam dalam sebuah pernyataan.
Masih menurut Oxfam, masyarakat kini bisa mengetahui kemana larinya uang negara selama ini yang dikorupsi politisi.
Pandora Papers ini adalah tindak lanjut dari proyek serupa yang dirulus pada tahun 2016 yang disebut 'Panama Papers' yang juga disusun oleh ICIJ.
Pandora Papers terdiri dari 3 terabite data atau setara dengan 750.000 foto di ponsel, didapatkan dari 14 perusahaan yang berbisnis di 38 Yuridikasi berbeda di dunia.
Catatan ini beradal dari tahun 1970-an, namun mayoritas data ini berasal dari tahun 1996 hingga 2020.
Sebaliknya, Panama Papers mengumpulkan 2,6 terabite data yang dibocorkan oleh salah satu firma hukum bernama Mossack Fonseca yang berlokasi di Panama.
Pandora Papers ini mengungka aset yang disebunyikan di virgin Island,Seychelles, Hong Kong, dan Belize.
Namun, ada beberapa rekening rahasia yang juga tersebar di perwalian yang didirikan di AS, termasuk 81 rekening di South Dakota dan 37 rekening di Florida.
Hasil investigasi pun menyebutkan kalau ada sebuah perusahaan penasihat keuangan membantu Raja Yordania Abdullah II membuat setidaknya 36 perusahaan cangkang dari 1995 hingga 2017, membantu raja membeli 14 rumah senilai lebih dari 106 juta dollar AS di AS dan Inggris.