Sebelum Makin Kurang Ajar Seperti Sekarang, Pasukan Khusus Australia Sebenarnya Sudah Siap Berperang dengan China, Namun Ketahan Gegara Hal Ini

Rabu, 05 Mei 2021 | 13:27
VCG via Global Times

Hubungan Australia dan China memanas.

Suar.ID - Ketegangan antara China dan Australia melonjak selama setahun terakhir.

Ini karena pandemi virus corona (Covid-19) danagresi China baru-baru ini di Indo-Pasifik.

Akibatnya militer Australia pun mulai bertindak.

Baca Juga: Hanya Karena Iri Lihat Kapal Induk Amerika, Rusia Sampai Nekat Bangun Kapal Selam Nuklir Terbesar pada Masanya, Namun Tenggelam danMembunuh 118 Awaknya

Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (5/5/2021), dilaporkanMayor Jenderal Adam Findlay memberikan pengarahan rahasia kepada pasukan khusus Australia pada tahun lalu.

Saat itu, memperingatkan mereka tentang konflik denganmiliter China.

Mayor Jenderal Findlay, yang sejak itu mengundurkan diri dari jabatannya, mengatakan kepada pasukannya bahwa China sudah terlibat dalam perang zona abu-abu.

Dia kemudian mengatakan Australia harus bersiap untuk kemungkinan besar operasi bayangan China dapat meluas ke dalam konflik yang sebenarnya.

Setelah menanyakan pasukan siapa ancaman utama (regional), Mayjen Findlay berkata kepada China.

Baca Juga: Tahu Anaknya Mau Berlayar, Ini Komunikasi TerakhirKomandan KRI Nanggala-402 dengan Sang Ibunda, NgakuPernah Masuk ke Dalam Kapal Selam Itu, 'Ya Allah, Kami Nggak Nyangka'

“Oke, jadi jika China adalah ancaman, berapa banyak brigade pasukan khusus di China?"

"Anda harus tahu bahwa ada 26.000 personel SOF (Pasukan Operasi Khusus) China."

Pengarahan yang bocor itu dibagikan oleh Sydney Morning Herald, yang melaporkan May-Gen Findlay mengeluarkan peringatan pada April 2020.

Sumber mengatakan kepada outlet tersebut bahwa pejabat tersebut memberi tahu pasukan bahwa jika konflik dengan China terjadi, Angkatan Pertahanan Australia (ADF) perlu mengandalkan tidak hanya pada kemampuan udara, darat dan laut tradisional.

Tetapi juga pada kemampuan Australia untuk menggunakan perang dunia maya dan ruang angkasa.

Mereka juga menyoroti perlunya ADF untuk menegaskan kembali kehadirannya dan bermain kelas satu di Asia Tenggara dan Pasifik barat daya.

Bahkan menggambarkan bagaimana militer telah menemukan informasi yang menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk mengeksploitasi wilayahsengketa.

Menyoroti hubungan Australia dengan China, Mayjen Findlay berkata: "Kami perlu memastikan bahwa kami tidak kehilangan momentum."

Itu terjadi ketika pejabat Pemerintah Australia mulai mengeras melawan China.

Bahkan Menteri Pertahanan Peter Dutton mengatakan perang atas Taiwan tidak dapat diabaikan.

Menteri juga menyatakan Australia sudah diserang di domain cyber dan bahwa dia ingin melakukan diskusi yang lebih jujur ​​dengan publik tentang niat China.

Michael Pezzullo, sekretaris Departemen Dalam Negeri, juga memperingatkan bahwa genderang perang sedang berdetak.

Baca Juga: Prosesi PemakamannyaSangat Emosional, Para Pengusung Jenazah Pangeran Philip Ternyata Bukan Orang Sembarangan,'Semuanya Anggota Militeryang Dipilih Secara Khusus'

Perdana Menteri Scott Morrison memperingatkan bulan lalu bahwa hubungan Australia dengan China sangat tegang.

China baru-baru ini mengutuk Australia, dengan media negara menerbitkan propaganda melawan pasukan ADF.

Surat kabar Global Times menerbitkan artikel yang menuduh pasukan Australia melakukan kejahatan perang di Afghanistan, ketika pasukan sedang bersiap untuk keluar dari negara itu.

Itu terjadi ketika Inggris bersiap untuk mengirim kelompok serang kapal induk ke Indo-Pasifik bulan depan untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut.

Dipimpin oleh HMS Queen Elizabeth, kelompok itu akan mengunjungi 40 negara.

Termasuk India, Jepang, Korea Selatan dan Singapura, dalam penyebaran yang berlangsung selama 28 minggu dan menempuh jarak 26.000 mil laut menurut Royal Navy.

Selama berada di wilayah tersebut, kapal-kapal dari kelompok penyerang akan menandai peringatan 50 tahun pembentukan Five Power Defense Arrangement (FPDA).

FPDA adalahserangkaian perjanjian pertahanan longgar antara Australia, Inggris, Malaysia, Selandia Baru, dan Singapura.

Baca Juga: 73 Tahun Dampingi Ratu Elizabeth IIhingga Menghebuskan Napas Terakhirnya, Ini 4 Fakta Pangeran Philipyang Jarang Diketahui, 'Rela Lakukan Apapun demi Membahagiakan Sang Istri'

Editor : Mentari DP

Baca Lainnya