Militer Kian Sewenang-wenang Para Dukun Ini Pun Bertindak, Gelar Ritual Santet Di Tengah Demo Antimiliter Di Myanmar, Terungkap Sosok Yang Ditumbalkan

Sabtu, 20 Februari 2021 | 16:27
Xinhua

Di tengah demonstrasi antimiliter di Myanmar, sekelompok dukun menggelar ritual santet untuk melawan juta militer Mynmar.

Suar.ID -Mari kita bikin pepatah baru: militer bertindak para dukun pun ikut bertindak.

Di tengah demonstrasi antimiliter di Myanmar, sekelompok dukun menggelar ritual santet untuk melawan juta militer Mynmar.

Para dukun itu meminta kepada kekuatan tertinggi dalam pertempuran melawan junta.

Aksi para dukun itu terjadi di kota kuno Bagan pada Kamis (18/2) kemarin.

Para dukun itu bersama-sama menuju kuil abad ke-13di situs kuno kota Bagan.

Di situ mereka mengutuk sosok di balik penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi, yakni Jenderal Min Aung Hlaing.

Baca Juga:Tak hanya Gas Air Mata, Polisi Myanmar Gukanan Senjata Mengerikan Ini untuk Bubarkan para Demonstran yang Menolak Kudeta

Secara umum, para demonstranmengunggah informasi mengenai jalannya unjuk rasa yang dilaksanakan di kota kuno itu di Facebook.

Di situ terlihatsejumlah orang yang membawa baskom-baskom berisi sesajen buah-buahan dan benda lain.

Ada juga patung anyaman hijau kecil yang menyerupai tentara.

Tak lupa, para pengunjuk rasa inimenginjak-injak boneka anyaman berwarna hijau mirip tentara setelah tetua-tetua mereka mengucapkan rapalan untuk mengutuk dan menyantet junta militer Myanmar.

Sekadar informasi, junta militer mengambil alih kekuasan di Myanmar pada 1 Februari 2021 kemarin.

Para peserta berdiri dengan hormat saat mantra-mantra dan sederet rapalan dibacakan menggunakan pengeras suara.

Baca Juga: Tak Disangka, Ada Rakyat Myanmar yang Gembira dengan Aksi Angkatan Bersenjata Melakukan Kudeta: Kita Harus Merayakan Hari Ini

"Kudeta militer itu ilegal. Alasan mereka adalah kebohongan. Saya mengatakan yang sebenarnya," kata pemimpin ritual upacara tersebut.

"Kami berharap orang yang bertanggung jawab atas kudeta itu runtuh dan mati dalam penderitaan yang luar biasa!" ujarnya, merujuk kepada Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Ritual itu kemudian berakhir saat mereka yang hadir menginjak-injak patung-patung kecil berwarna hijau itu di tanah.

CBC.ca
CBC.ca

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Lokasi kutukan telah mereka pilih dengan cermat, yaitu di kuil Htilominlo, yang dikaitkan dengan para pemimpin nasional selama berabad-abad.

Baca Juga:Pengen Tahu Kondisi Myanmar setelah Kudeta saat Ini? Sungguh Mengerikan, PBB sampai Angkat Bicara: Tidak dapat Diterima

Min Aung Hlaing sendiri dilaporkan pergi ke kuil itu setahun yang lalu, untuk mencari berkah.

Bagi masyarakat yang lebih sekuler, upacara tersebut mungkin tampak tidak masuk akal, tetapi tidak di Myanmar.

Myanmar adalah negara yang sangat tradisional dan memiliki kepercayaan yang tidak perlu dipertanyakan lagi mengenai hal-hal ghoib dan supernatural.

Di antara yang paling percaya takhayul adalah para pemimpin militer yang terkenal sangat mendapat pengaruh pernujuman, numerologi, dan astrologi.

Situs arkeologi Bagan adalah situs Warisan Dunia UNESCO, dengan ribuan kuil berusia ratusan tahun tersebar di dataran berdebu.

Saat ini puluhan bangunan kuno di Bagan rusak akibat gempa bumi tahun 2016.Militer bebaskan 23.000 tahanan dan kerahkan preman

Rakyat Myanmar semakin resah dengan tindakan junta militer.

Selain itu, muncul kabar bahwa militer telah mengerahkan preman untuk menciptakan kerusuhan.

Para preman tersebut diduga bekerja untuk militer dan berencana melakukan pembakaran, perampokan, dan meracuni sumur milik umum sebagaimana dilansir Intisari dari Arab News, Sabtu (13/2/2021).

theguardian

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Rakyat Myanmar juga semakin waswas setelah junta militer membebaskan 23.000 tahanan pada Jumat (12/2/2021) melalui amnesti.

Salah satu warga Hlaing di Yangon, Aye Kyu (54) mengatakan bahwa tetangganya berjaga-jaga di wilayah tempat tinggalnya setiap malam.

Baca Juga:KKB Papua Semakin tak Pandang Bulu, kini Emak-emak Dikeroyok hingga Ditebas Parang, Kondisinya Sungguh Mengenaskan

"Itu sangat mirip dengan situasi hanya beberapa hari sebelum penumpasan brutal militer terhadap pengunjuk rasa pada 1988."

“Mereka sekarang membutuhkan alasan untuk menindak kami. Jadi mereka menciptakan situasi kacau dengan membuat orang merasa tidak aman dan merespons dengan panik,” kata Aye.

“Kami tidak memiliki siapa-siapa lagi untuk melindungi kami. Polisi dan tentara bertindak layaknya preman bagi kami,” tutur Aye.

Hal senada juga diungkap warga Mingalar Taung Nyunt di Yangon, Ko Phyo.

"Kami akan mengadakan serangkaian pertemuan hari ini dan dalam beberapa hari mendatang untuk membuat patroli lebih sistematis," katanya kepada Arab News, Minggu (14/2/2021).

Junta Militer Myanmar mendesak pegawai negeri untuk kembali bekerja.

Mereka yang nekat mogok kerja terancam mendapat sanksi tegas.

"Tindakan dapat diambil karena melanggar etika, peraturan, dan kegagalan tugas Pegawai negeri sesuai dengan... undang-undang dan kode etik pengawai negeri," kata pernyataan itu, dikutip Tribunnews dari Reuters, Minggu (14/2/2021).

Sebelumnya, Myanmar tengah dilanda gelombang mogok kerja dan pembangkangan sipil.

Hal itu dilakukan rakyat sebagai bentuk protes terhadap junta militer yang melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah di bawah pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Selain itu, mereka juga masih turun ke jalan.

Baca Juga:Terlalu Cepat Dipuji Anies Baswedan Bebas Banjir, Seminggu Kemudian Cipinang Melayu justru Kebanjiran Setinggi 2 Meter: Akhirnya Warga bisa Merasakan Musim Penghujan tanpa Harus Merasakan Banjir

Kendati seorang wanita ditembak dalam bentrokan kekerasan dalam aksi demonstrasi pada Selasa lalu, hal itu tidak menyurutkan mereka untuk terus turun ke jalan.

Demonstran melakukan aksi secara meriah, dengan telanjang dada, wanita dengan gaun bola dan gaun pengantin, petani dengan traktor dan orang-orang dengan hewan peliharaan mereka.

Mereka juga membawa berbagai spanduk dan tulisan lucu.

(Tribunnewswiki/Tyo/Kompas TV/Edwin Shri Bimo)

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya