Suar.ID -Kudeta yang dilakukan militer terhadap pemerintah sipil Myanmar menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat, ada yang marah dan bahkan justru ada yang bahagia.
Bagi para pendukung militer, mereka meluapkan kegembiraan dengan membentangkan bendera nasional di truk pikap.
Dalam gambar yang beredar di media sosial, tampak sejumlah orang merayakan Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan.
Namun di bagian kota yang lain, para penduduk ada yang mengungkapkan ketakutan, rasa frustrasi, dan kemarahan.
Baca Juga: Inilah Kekuatan Mengerikan Militer 'Tatmadaw' Myanmar yang Baru-baru Ini Melakukan Kudeta
"Saya merasa marah."
"Saya tidak ingin militer kembali berkuasa," kata Zizawah, direktur komersial berusia 32 tahun, menyadur Reuters, Senin (1/2/2021).
Dia tidak bersedia memberikan nama marga maupun identitas lainnya karena takut pendukung kudeta militer melakukan balasan.
Zizawah mengatakan, cara Tatmadaw, angkatan bersenjata Myanmar, untuk mendapatkan kekuasaan begitu diktator.
"Semua orang tahu kami di sini memberikan suaranya untuk siapa," jelas dia.
Krisis politik ini terjadi buntut kemenangan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Partai pimpinannya memperoleh kemenangan telak dalam pemilu 8 November 2020.
Hal ini membuat kubu militer meradang dan menuding ada kecurangan.
Baca Juga: Viral Gadis dengan Pinggang Terkecil di Dunia, Mengaku Tidak Operasi dan Alami Sejak Lahir
Puncaknya pada 1 Februari dini hari, Aung San Suu Kyi dan sejumlah pemimpin sipil lainnya ditangkap di kediaman masing-masing.
Kemudian, angkatan bersedia mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan berjanji bakal mengembalikan kekuasaan jika menggelar pemilu ulang.
Suu Kyi merupakan sosok populer di Myanmar, sebagai figur yang berjuang membebaskan negara itu dari cengkeraman junta militer.
Meski begitu, dia menuai kemarahan karena tidak memberikan respons saat ratusan ribu etnis Rohingya mengungsi pada 2017.
Theinny Oo, seorang konsultan pembangunan, menyatakan pemilu sudah digelar secara adil di mana warga memilih sesuai nurani mereka.
"Sekarang, kami sudah tidak mempunyai perlindungan sesuai hukum yang berlaku."
"Kami merasa tidak aman dan ketakutan," kata dia.
Aktivis pro-demokrasi, Maung Saungkha pesimistis junta militer bakal mengembalikan kekuasaan setelah pemilu dihelat.
Dengan sinis,Maung menerangkan bahwa junta sudah merebut kekuasaan secara paksa, sehingga dia ragu dengan ucapan mereka.
Meski banyak yang mengaku ketakutan, tidak sedikit juga yang bergembira karena Aung San Suu Kyi dan pemimpin sipil lainnya ditangkap.
"Hari ini adalah hari ketika semua orang merayakannya," ujar seorang biksu kepada sekelompok pendukung junta di Facebook.
(Kompas.com)