Bak Melawan Ketentuan Tuhan, Ilmuwan China Berencana Menghidupkan Orang Mati dengan Teknologi

Kamis, 01 Oktober 2020 | 20:30
South China Morning Post

Para peneliti di China sedang mengembangkan proyek untuk menghidupkan orang yang telah mati.

Suar.ID -Institut Penelitian The Shandong Yinfeng Life yang merupakan satu-satunya pusat penelitian krionik di China memiliki rencana gila.

Pasalnya, para ahliyang tergabung dalam riset itu berencana akan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal dengan menggunakan teknologi!

Menyadur South China Morning Post, Rabu (30/9/2020), lembaga penelitian krionik memiliki empat pusat penelitian di dunia, salah satunya di China.

Lembaga penelitian itu menyediakan suspensi krionik.

Baca Juga: Mengerikan, Menurut Penelitian Ini Ada Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter Mengancam Pantai Selatan Jawa, Ini Yang Harus Kita Siapkan

Mereka mengawetkan tubuh pada suhu yang sangat rendah dengan harapan suatu hari dapat ‘menghidupkan kembali’ mereka.

Namun, penelitian Yinfeng melangkah lebih jauh.

Penelitian mereka berpotensi merevolusi transplantasi organ, pelekatan kembali bagian tubuh, dan perawatan medis lainnya.

Teknik ini dinamakan The Cryonics, yaitu menjaga tubuh manusia pada suhu yang sangat rendah dengan tujuan menipu kematian.

Baca Juga: Tak Disangka-sangka, Predator Seks 'Gilang Bungkus Jarik' yang Lagi Viral Ternyata Pernah Foto Bersama dengan Sosok Artis Ini

Hal ini melibatkan penyimpanan tubuh dalam wadah baja tahan karat dalam nitrogen cair super dingin.

Institut Penelitian The Shandong Yinfeng Life didirikan di Jinan, China timur.

Lembaga itu menyediakan layanan penangguhan dan penyimpanan krionik untuk manusia dan hewan peliharaan yang telah meninggal.

Baca Juga: Berkedok Riset Akademi, Pria ini Minta Korban Membungkus Diri dengan Kain Jarik, Ternyata Malah Demi Kepuasan Seksual Pelaku, Curhatan Korban Pun Viral!

Dengan harapan suatu hari dapat menggunakan teknologi canggih untuk ‘menghidupkan kembali’ mereka.

Yinfeng juga bermitra dengan rumah sakit dan universitas China untuk melakukan penelitian di bidang kriobiologi, yang mempelajari pengaruh suhu rendah pada makhluk hidup.

Aaron Drake, direktur pusat respons klinis di Yinfeng, yang bergabung pada 2016, menjelaskan lembaga di China ini berbeda dari yang lain.

Baca Juga: Terungkap Fakta Baru Soal Penyebaran Virus Corona dari China, Studi Ini Membeberkannya!

“Pemerintah China tidak ingin kami menjadi proyek yang membekukan tubuh seseorang."

"Namunmereka ingin melihat bagaimana proyek ini dapat bermanfaat bagi semua bidang kedokteran,” kata dia.

“Jadi kami bekerja dengan ahli bedah, ahli anestesi dan perfusionis (orang yang mengoperasikan mesin jantung-paru).”

“Ini merupakan proyek besar berbasis penelitian yang menarik saya untuk bergabung dengan mereka," jelasnya.

Baca Juga: 2 Hal ini Disebut-sebut Ahli Corona Indonesia yang Buat Warga Indonesia Tak Terinfeksi, Apa Sajakah itu?

Salah satu kendala terbesar yang kerapmengganggu prosedur transplantasi organ adalah, kurangnya kesempatan untuk mendapatkan organ yang layak dari orang yang telah meninggal dan menanamkannya ke pasien.

“Sebagai contoh saat mengangkat hati manusia, waktu yang tersedia sekitar enam jam, jaringan akan mulai mati setelah enam jam, " jelas Drake.

“Dalam enam jam itu, organ harus diangkut, dibersihkan, disiapkan, dan ditanamkan,"

"Sedangkan tes darah harus dilakukan pada pendonor dan penerima untuk melihat apakah golongan darah mereka cocok,” ujar dia.

“Hal itu sangat menantang,” kata Drake.

Baca Juga: Inilah Rektor Asing Pertama di Indonesia, Berikut Ini 'Segudang Prestasinya' yang Jarang Orang Tahu

China adalah negara pertama yang melakukan hal ini dan Institut Yinfeng memimpin dalam bidang penelitian ini.

Negeri tirai bambu itumungkin melompati pemikiran semuaorang karena mereka telah mengambil pendekatan baru.

Drake mengatakan, setiap organ membutuhkan teknik yang berbeda agar dapat diawetkan secara krionik.

“Semakin besar organnya, semakin sulit jadinya, peralatan yang harus digunakan menjadi lebih besar juga,” katanya.

Baca Juga: Menurut Riset: Anak Bungsu Ternyata yang Anak Paling Cerdas di antara Semua Saudaranya, Ini Alasannya!

Menurut Drake, ada 10 pasien yang telah diawetkan secara krionik di Yinfeng.

Meskipun begitu, Li Qingping, direktur publisitas di institut tersebut, mengatakan hal itu telah menarik minat yang besar dari orang-orang di China selama beberapa tahun terakhir.

“Lebih dari 100 orang mengunjungi center kami tahun lalu dan 60 orang telah menjadi anggota yang ingin melakukan prosedur cryonics,” kata Li.

Dia menambahkan bahwa, mereka juga telah membayar biaya untuk mendukung komitmen rencana gila ini.

Baca Juga: Dul Jaelani Dijodohkan dengan Aaliyah Maassaid Karena Mirip, Jodoh Kita Mirip Ternyata Benar di Mata Sains

Drake mengatakan, budaya China sangat menerima cryonics lebih mudah daripada budaya Barat.

Yinfeng adalah bagian dari Grup Biologi Yinfeng yang pekerjaannya meliputi pengujian DNA, penyimpanan darah tali pusat, pengobatan estetika, dan penelitian sel induk.

Selain transplantasi organ, Drake mengatakan, penelitian cryonics juga sedang diterapkan untuk mengobati pasien serangan jantung, stroke dan trauma tumpul.

Sementara gagasan untuk menghidupkan kembali orang mati mungkin masih jauh, jika tidak terlalu jauh, kemungkinan Drake berpikir cryonics adalah teknologi dengan prospek yang nyata.

Baca Juga: Ngeri! Inilah Perkebunan Mayat Dimana Ribuan Jasad Manusia Tergeletak di Atas Tanah, tak Disangka ternyata Ini Tujuan Dibaliknya

Orang-orang saat ini meninggal karena kanker, Parkinson, dan penyakit otak lainnya.

Menurutnya, jika kita telah maju seratus tahun, penyakit-penyakit ini dapat dengan mudah disembuhkan.

“Orang meninggal karena serangan jantung, stroke, dan influenza di awal tahun 1900-an, tapi hari ini, pengobatan modern dapat mengatasi masalah ini,”

“Jadi, jika kami dapat memberi pasien waktu tambahan tanpa membiarkan kerusakan terjadi, kami mungkin dapat menyembuhkan kanker mereka suatu hari dan memberi mereka kesempatan untuk hidup lebih lama,” katanya.

(Serambi News)

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber South China Morning Post, Serambi News