Mengerikan, Menurut Penelitian Ini Ada Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter Mengancam Pantai Selatan Jawa, Ini Yang Harus Kita Siapkan

Sabtu, 26 September 2020 | 16:23
Pixabay.com

Baru-baruni peneliti dari ITP merilis riset perihal potensi tsunami setinggi 20 meter di Pantai Selatan Jawa.

Suar.ID -Baru-baruni peneliti dari ITP merilis riset perihal potensi tsunami setinggi 20 meter di Pantai Selatan Jawa.

Penelitian ini terbit di jurnal Nature Scientific Report.

Berdasarkan hasil riset tersebut,potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Paranormal Kondang ini Tiba-tiba Mohon Pada Sang Kuasa Agar Tak Lagi Bencana Setelah Munculnya Awan Berbentuk Tsunami di Aceh: Sebagai Manusia Kami Memohon dan Lindungi Kami Semua...

Sementara untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut saah satu anggota tim peneliti, Endra Gunawan, hasil riset tersebut dilakukan berdasarkan dari analisis data GPS dan gempa yang terekam.

Hasil riset tersebut tentu menjadi perhatian bersama.

Terlebih mengacu gempa dan tsunami Aceh 2004, dampak baik dari segi korban jiwa dan kerusakan yang ditimbulkan sungguh luar biasa.

Namun, perlu diingat bahwa hingga saat ini, tidak ada tekonolgi apa pun yang bisa memastikan kapan dan di mana gempa besar maupun tsunami terjadi.

Baca Juga: Di Tengah Wabah Virus Corona Anak Angkat Christiano Ronaldo Akhirnya Resmi Menikah di Aceh, Beginilah Potret Terbarunya

Potensi tsunami memang dapat diperkirakan dengan berbagai model, tetapi perkiraan tinggi tsunami dan waktu tibanya hanya dapat dihitung setelah gempa benar-benar terjadi.

Untuk itu, salah satu hal terpenting yang perlu dilakukan saat ini adalah memahami langkah-langkah mitigasi pada bencana tsunami.

Tsunami

Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih.

Jenis bencana ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari gempa bumi yang terjadi di dasar laut, runtuhan di pantai, hingga karena letusan gunung api di laut.

Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan gelombang tsunami akan menurun.

Baca Juga: Di Tengah Wabah Virus Corona Anak Angkat Christiano Ronaldo Akhirnya Resmi Menikah di Aceh, Beginilah Potret Terbarunya

Walakin ketinggian gelombang akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.

Melansir Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana dari BNPB, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi bencana tsunami:

1. Pra bencana

- Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa (intensitas gempa lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain)

- Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa terjadi

- Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa besar mengguncang

- Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut

Baca Juga: Sosok ini Anjurkan Warga Malaysia Taati Aturan Lockdown, Kalau Tidak bakal Ada Virus Corona Gelombang 3 yang Sedahsyat Tsunami!

- Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi

2. Saat bencana

- Setelah gempa berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya untuk merapikan kondisi rumah. Waspada gempa susulan!

- Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman

- Tidak semua gempa memicu tsunami. Jika mendengar sirine tanda bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai. Perhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi

Baca Juga: Setahun Berlalu Usai Tsunami Banten yang Merenggut Nyawa Suaminya, Juliana Moechtar Bicara tentang Sosok Pengganti Mendiang Herman Seventeen

- Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah di sana karena gelombang tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui radio atau alat komunikasi lainnya

- Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang

- Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu, sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya.

- Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki.

- Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki

- Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.

Baca Juga: Setahun Berlalu Usai Tsunami Banten yang Merenggut Nyawa Suaminya, Juliana Moechtar Bicara tentang Sosok Pengganti Mendiang Herman Seventeen

Langkah-langkah tersebut secara lengkap dapat diakses melalui tautan ini.

Evakuasi gempa dan tsunami

Beberapa waktu lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah merilis panduan evakuasi gempa dan tsunami di tengah pandemi virus corona.

Dilansir situs resmi BMKG, jika goncangan gempa terasa kuat atau gempa berayun lemah dalam waktu lama, masyarakat diimbau untuk segera melakukan evaluasi mandiri tanpa menunggu peringatan dini tsunami atau perintah evakuasi dari pihak berwenang.

Saat evakuasi mandiri, sebisa mungkin tetap menjaga jarak fisik, mengenakan masker, dan mengikuti kebijakan di daerah masing-masing, misalnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

BMKG menegaskan bahwa evakuasi tsunami harus mengutamakan keselamatan jiwa.

Evakuasi mandiri dapat dilakukan masyarakat dengan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES), di mana setelah ancaman tsunami berakhir, dengan arahan pihak berwenang, masyarakat dapat menuju Tempat Evakuasi Akhir (TEA) atau jika tidak terjadi tsunami, maka dapat kembali ke rumah.

Baca Juga: Masih Ingat dengan Martunis? Bocah yang Diangkat Menjadi Anak oleh Cristiano Ronaldo Pasca Tsunami Aceh 15 Tahun Silam, Beginilah Kehidupannya Kini

Jika masyarakat harus tinggal di TEA lebih lama, maka dukungan fasilitas dan medis yang baik harus diberikan.

Untuk itu, kesiapsiagaan tsunami dalam masa pandemi Covid-19 setidaknya meliputi:

- Peninjauan lokasi rumah sakit

- Penyiapan TES dan TEA

- Sarana, prasarana, dan protokol pekerja sosial

- Rencana evakuasi dan protokol kesehatan

Selain itu, evakuasi juga didasarkan pada penggolongan orang yang terdampak Covid-19, termasuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Adapun informasi lengkap mengenai panduan langkah evakuasi darurat peringatan dini tsunami dalam situasi Covid-19 dapat diakses di sini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Riset ITB, Berikut Tanda dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Saat Terjadi Tsunami..."

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad