Suar.ID -Kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, disebut berbagai pihak simpang siur.
Kim Jong Un disebut dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi kardiovaskular.
Tapi kondisi kritis itu dibantah, bahkan Presiden Amerika Serikat menyebut bahwa itu hanya berita bohong.
Berikutnya berbagai media kini menurunkan prediksi calon pengganti Kim Jong Un.
Di Korea Utara, Kim Jong Un adalah pemimpin ketiga.
Pemimpin pertamanya adalah kakek Kim Jong Un, yakni Kim Il Sung yang sekaligus merupakan pendiri Korea Utara.
Sedangkan pemimpin kedua adalah ayah Kim Jong Un, yakni Kim Jong Il.
Lalu bagaimanakah keluarga Kim Jong Un dapat memperoleh kekuasaan atas Korea Utara?
Sejarah Korea Utara dan keluarga Kim Jong Un berawal dari tahun 1930an.
Saat itu Jepang tengah berkuasa atas semenanjung korea (belum ada korea selatan ataupun korea utara).
Mengutipdari Wikipedia, penguasaan Jepang atas Korea sebenarnya sudah terjadi sejak 1905, Jepang memaksa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang dan pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea.
Saat itu sebenarnya sudah muncul pergerakan kemerdekaan korea yang dilakukan pemerintahan sementara Republik Korea, tetapi lebih banyak aktif di luar korea seperti Manchuria, Tiongkok, dan Siberia.
Di dalam masyarakat korea kemudian muncul kelompok-kelompok gerilya melawan penjajah Jepang.
Kakek Kim Jong Un, Kim Il Sung, masih berusia antara 18 - 25 tahun pada 1930an, sebab ia kelahiran tahun 1912.
Pada tahun 1930an itu, Kim Il Sung di dalam kelompok gerilya melawan penjajah Jepang.
Peranan Kim Il Sung dalam pasukan gerilya naik pamor akibat perang pochonbo pada 1937.
Pertempuran Pochonbo membuat Kim Il Sung masuk daftar pencarian orang (DPO) pemerintah Jepang.
Kim Il Sung dan pasukannya kemudian mengalami pertempuran yang sulit dan rumit sepanjang 1937 - 1940.
Banyak kawan-kawan Kim Il Sung tewas akibat pertempuran akibat usaha Jepang memburu Kim Il Sung.
Jepang memang bertekad untuk melenyapkan Kim Il-sung selamanya, dan mengirim detasemen hukuman ke Manchuria, yang kemudian menjadi negara boneka Manchukuo.
Situasi berubah krisis pada akhir 1940, Kim Il Sung memimpin sisa pasukan gerilyanya melintasi Sungai Amur ke wilayah Soviet untuk bersembunyi hingga keadaan lebih aman.
Tak ada yang aneh tentang partisan Korea yang mencari perlindungan di Uni Soviet.
Setelah diverifikasi otoritas Soviet, mereka biasanya diizinkan untuk tinggal dan dimanfaatkan dengan baik.
“Beberapa masuk ke dalam Tentara Merah, sementara yang lain mengambil kewarganegaraan Soviet dan bekerja di pertanian dan ada pula yang bekerja di industri meski sangat sedikit,” tulis sejarawan Andrei Lankov dalam bukunya tentang Korea Utara.
Namun,Kim Il Sung mengambil jalur lain.
Dia lebih memilih mendaftar ke Sekolah Infanteri Khabarovsk.
Selama dua tahun berikutnya, ia mempelajari ilmu militer di bawah pimpinan perwira-perwira Soviet.
Khabarovsk menjadi tempat teraman bagi Kim Il Sung selama 10 tahun terakhir.
Di sana pula anak pertamanya dari sang istri Kim Jong-suk, lahir.
Anak itu diberi nama Yuri Irsenovich Kim yang kemudian berubah menjadi Kim Jong Il (pemimpin kedua Korea Utara).
Pada musim panas 1942, Uni Soviet membiarkan para gerilyawan korea bergabung ke dalam angkatan perangnya dan menggabungkan para gerilyawan korea.
Para gerilyawan korea itu dimasukkan ke Brigade Senapan Khusus Ke-88, yang mencakup satu batalion Korea dan dua batalion Tiongkok.
Partisan Tiongkok Zhou Baozhong, yang ditugaskan memimpin brigade internasional, mengenal Kim Il-sung dari perang gerilya.
Atas rekomendasinya, Kim ditunjuk sebagai komandan batalion Korea dengan pangkat kapten Tentara Merah Buruh dan Petani.
Brigade Ke-88 tidak ikut dalam peperangan melawan Jepang, dan dibubarkan setelah Tokyo menyerah.
Seluruh perang yang Kim Il-sung habiskan jauh dari garis depan di hutan Rusia yang terpencil di Khabarovsk.
Baca Juga: Astaga, Ternyata Beginilah Cara Kim Jong-un Atasi korban yang telah Meninggal karena Virus Corona!
Sampai di situ, sebenarnya Kim Il Sung merasa masa depannya cerah di Uni Soviet.
Tapi komandan-komandannya di Militer memiliki rencana lain untuk Kim Il Sung.
Rencana lain untuk Kim Il Sung itu sebenarnya bertepatan dengan memuncaknya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Pada Agustus 1945, dua negara superpower tersebut membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea.
Baca Juga: Sedang Wabah Virus Corona, Kim Jong-un malah Lakukan Hal 'Anti Mainstream' yang Berbahaya Ini
Korea Utara didukung Uni Soviet, dan Korea Selatan didukung Amerika Serikat.
3 bulan setelah pembagian wilayah itu, tepatnya pada Oktober 1945, Kim Il Sung ditunjuk sebagai asisten komandan Ibu Kota Korea Utara.
Ketika ditunjuk, Kim Il Sung sudah menjadik perwira paling senior di Brigade ke-88.
Bahkan, Pada 14 Oktober 1945, di Stadion Kota Pyongyang, Jenderal Soviet Ivan Chistyakov menganugerahkan gelar “pahlawan nasional” dan “pemimpin partisan yang terkenal” Kim Il-sung di hadapan kerumunan rakyat Korea, diikuti pidato oleh Kim sendiri untuk mendukung para pembebas Soviet.
Metamorfosis dari kapten tentara Soviet biasa menjadi Pemimpin Besar Kamerad Kim Il-sung ini dapat ditelusuri hingga kini.
Berikutnya, selama tiga tahun ke depan (1945-1948), tentara dan perwakilan Soviet, membangun rezim komunis di wilayah utara.
Sementara di bagian selatan, pemerintah militer dibentuk–sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat.
“Pyongyang adalah kota terbesar yang diduduki pasukan Soviet, dan perwira Korea paling senior di Brigade Ke-88 adalah Kim Il-sung, jadi tidak heran ia ditunjuk sebagai asisten komandan ibu kota Korea Utara di masa depan,” tulis Lankov.
Seperti itulah jalan keluarga Kim Jong Un memperoleh kekuasaan atas Korea Utara, panjang dan berliku.
Kekuasaan Kim Il Sung berakhir pada 1994 dan diturunkan kepada anaknya, Kim Jong Il.
Kekuasaan Kim Jong Il berakhir pada tahun 2011, dan diturunkan kepada anaknya, Kim Jong Un. (Warta Kota)