Suar.ID - Hadiah 80 juta dolar (Rp 1 triliun) akan diberikan kepada siapa saja yang bisa mengambil kepala Donald Trump setelah kematian Jenderal Qasem Soleimani.
Melansir dari situs Mirror.co.uk, selama pemakaman yang disiarkan pada saluran televisi Iran, siaran resmi pemerintah mengatakan bahwa satu dolar AS akan diajukan dari setiap warga Iran dengan uang tunai untuk siapa pun yang bisa membunuh Presiden AS.
"Iran memiliki 80 juta penduduk."
"Berdasarkan populasi Iran, kami ingin mengumpulkan 80 jutadolar yang merupakan hadiah bagi mereka yang dekat dengan kepala Presiden Trump," menurutlaporan yang dikutip darien24.
Soleimani, komandan militer terkemuka Iran, tewas pada hari Jumat dalam serangan pesawat tak berawak AS pada konvoinya di bandara Baghdad.
Serangan itu membawa permusuhan jangka panjang antara Washington dan Teheran ke wilayah yang belum dipetakan dan meningkatkan momok konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Sebelumnya dilaporkan juga bahwa Anggota Parlemen Iran, Abolfazl Aboutorabi, mengancam akan menyerang jantung politik Amerika.
"Kita dapat menyerang Gedung Putih itu sendiri."
"Kami memiliki kekuatan, dan insya Allah kami akan merespons pada waktu yang tepat."
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa, "Ini adalah deklarasi perang, yang berarti jika Anda ragu Anda kalah."
"Ketika seseorang menyatakan perang, apakah kamu ingin menanggapi peluru dengan bunga? Mereka akan menembakmu di kepala."
Selama sesi terbuka dalam parlemen di Teheran, Presiden Trump disebut sebagai "teroris dalam gugatan" setelah ia mengancam akan memukul 52 situs Iran dengan keras jika Teheran menyerang aset Amerika atau AS.
Soleimani adalah arsitek operasi klandestin dan militer Teheran di luar negeri sebagai kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berjanji pada hari Jumat bahwa Iran akan membalas dendam keras atas kematiannya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa jika ada serangan Iran lebih lanjut pada target AS, Washington akan menanggapi dengan serangan sah terhadap pembuat keputusan yang mengatur serangan tersebut.
Kim Jong-un Ikut Memanaskan Suasana Ketegangan Amerika dan Iran
Menyambut tahun Baru 2020, Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un sudah memanaskan suasana.
Pada Rabu (1/1/2020), Kim mengatakan negaranya akan terus mengembangkan program nuklir dan memperkenalkan "senjata strategis baru" dalam waktu dekat.
Melalui media milk pemerintah Korea Utara,KCNA, Kim Jong Un menyatakan bahwa setelah Amerika Serikat (AS) melewatkan batas waktu akhir tahun 2019 untuk memulai kembali pembicaraan denuklirisasi.
Kim sebelumnya telah mengadakan pertemuan empat hari yang jarang dilakukan bersama dengan komite pembuatan kebijakan Partai Buruh yang berkuasa di Korea Utara sejak Sabtu lalu (28/12).
Pertemuan tersebut dilakukan karena AS tidak menanggapi seruan Korea Utara yang berulang kali meminta konsesi sebagai syarat untuk membuka kembali negosiasi.
Melansir dariReuters, Kim telah memperingatkanbahwa dirinya mungkin harus mencari "jalan baru" jika Washington gagal memenuhi harapannya.
Komandan militer AS menilai bahwa tindakan Pyongyang tersebut dapat mencakup pengujian rudal balistik antarbenua (ICBM), yang telah dihentikannya sejak 2017, bersamaan dengan tes hulu ledak nuklir.
"Tidak ada alasan bagi Korea Utara untuk diikat lagi oleh moratorium uji coba nuklir dan ICBM AS melanjutkan latihan militer bersama dengan Korea Selatan, mengadopsi senjata canggih dan menjatuhkan sanksi sambil membuat "tuntutan seperti gangster," tandas Kim seperti dilaporkanKCNA.
Kim Jong Un berjanji untuk lebih mengembangkan penangkal nuklir Korea Utara tetapi tetap membiarkan pintu terbuka untuk dialog.
Kim juga mengatakan "ruang lingkup dan kedalaman" dialog itu akan dikoordinasikan dengan baik tergantungdari sikap Amerika Serikat.
"Dunia akan menyaksikan senjata strategis baru yang akan dimiliki oleh Korea Utara dalam waktu dekat. Kami akan terus waspada akan pencegah nuklir kuat yang mampu menahan ancaman nuklir dari AS dan menjamin keamanan jangka panjang kami," imbuh Kim.
Sebelumnya, Korea Utara telah meminta Washington menawarkan inisiatif baru untuk mengatasi perbedaan atas program senjata nuklir Pyongyang.
Korea Utara juga memperingatkan Washington bulan ini bahwa kegagalan untuk memenuhi harapannya dapat mengakibatkan "hadiah Natal" yang tidak diinginkan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, MikePompeo kepadaFox Newsmenyatakan bahwa AS mengawasi dengan cermat setiapperistiwa besar yang terjadidi Korea Utara.
Pemerintahan Trump masih percaya dapat menemukan jalan ke depan untuk meyakinkan kepemimpinan di Korea Utara bahwa tindakan terbaik adalah menciptakan peluang yang lebih baik bagi rakyat mereka dengan menyingkirkan senjata nuklir mereka.