Rupanya Pakaian yang Kini Dipakai sebagai Seragam PNS Merupakan Warisan Belanda! Begini Usul DPR Mengenai Seragam Penggantinya

Rabu, 06 November 2019 | 10:00
Konveksi.org

Suar.ID -Baru-baru inimuncul usulan seragam aparat sipil negara (ASN) termasuk PNS diubah.

Ada usulanseragam PNS yang kerap digunakan saat ini diganti dengan seragam nusantara.

Anggota DPR RI yang juga tokoh budaya Jawa Barat, Dedi Mulyadi meminta Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Menteri Agama mengubah aturan pakaian aparat sipil negara (ASN) untuk disesuaikan dengan basis budaya nusantara.

Hal ini dikarenakan, Dedi melihat selama ini ketentuan tentang pakaian ASN dan pejabat DPR hingga DPRD merupakan warisan kolonial Belanda.

Baca Juga: Cara Mudah Membuat SKCK Online untuk Daftar CPNS 2019

Misalnya, pakaian seragam harian (PSH) ASN tangan pendek yang berbahan wol atau biasa disebut jas tongki adalah pakaian yang biasa digunakan orang Belanda untuk berburu.

Namun di Indonesia, pakaian ini dijadikan seragam formal untuk bekerja harian.

"Itu pakaian gaya Belanda yang biasa dipakai untuk berburu," kata Dedi kepada Kompas.com, Senin (4/11/2019).

Selain warisan kolonial Belanda, pakaian seperti itu tidak cocok untuk lingkungan Indonesia.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan PNS Kementrian PU Ternyata Sempat Foya-foya dengan Sewa Dua Wanita di Tempat Karaoke, Habiskan Biaya Jutaan dalam Satu Malam!

Menurut Dedi, pakaian berbahan wol cocok di daerah dingin.

Namun di Indonesia, tidak semua daerah bersuhu dingin.

Bahkan ada yang suhunya mencapai 36 derajat celcius, terutama saat musim kemarau.

"Suhu Indonesia itu cocoknya menggunakan pakaian dari sutera. Bahan baku sutera itu masuk alam Indonesia," kata Dedi.

Baca Juga: Mengaku Terpaksa Ikut Bunuh PNS PU Palembang yang Jenazahnya Dicor ke Dalam Makam, Ini yang Dilakukan Ilyas Setelah Menjerat Leher Korban dengan Tali

Selain seragam ASN, gaya Barat juga terlihat dalam pakaian untuk anggota legislatif, terutama pakaian sipil lengkap (PSL) untuk acara resmi atau pengambilan keputusan.

Pakaian PSL ini adalah baju jas dengan dasi.

Menurut Dedi, selain ala kebarat-baratan, penggunaan PSL ini juga akan berdampak pada lingkungan.

Ketika anggota legislatif menggunakan PSL, maka suhu di ruangan harus benar-benar dingin, karena pakaian model itu membuat orang gerah.

Baca Juga: Kronologi dan Motif Pembunuhan PNS Kementerian PU yang Jenazahnya Dicor Semen

"Agar suhu dingin, maka harus menggunakan AC dengan PK tinggi dan itu akan merusak lapisan ozon," kata Dedi.

Oleh karena itu, Dedi mengatakan, sangat penting pemerintah melalui tiga menteri itu (Mendagri, Menpan RB dan Menag) untuk menghapus aturan tentang pakaian yang bernuansa kolonial Belanda.

"Selain itu, seragam ASN saat ini juga semi-militeristik dan warisan Orde Baru, sehingga harus dihapus dan diganti dengan baju khas nusantara," tegas mantan bupati Purwakarta dua periode ini.

Baju nusantara

Dedi menyebutkan, pemerintah mestinya mendorong semua ASN dan pejabat negara untuk memakai pakaian dengan basis budaya nusantara.

Setiap pegawai negeri memakai pakaian yang disesuaikan dengan budaya dan iklim di masing-masing daerah.

Begitu juga untuk anggota legislatif, pakaiannya menyesuaikan dengan budaya di daerah pemilihan masing-masing.

Baca Juga: Simak Baik-Baik, Ini Hal yang tak boleh Dilakukan PNS di Media Sosial, Hukumannya Sungguh Mengerikan!

"Sehingga akan tercipta keragaman budaya dan identitas budaya mereka tidak terhapus," kata Dedi.

Namun, kata Dedi, bukan berarti mereka menggunakan baju adat.

Menurut Dedi, pakaian khas daerah bisa disesuaikan dengan mode atau fashion saat ini.

Yang penting ada kepantasan.

"Karena dalam hal ini yang terpenting adalah pakaian ASN tidak seragam di semua daerah. Bisa disesuikan dengan budaya di masing-masing daerah tetapi tetap fashionable (model mengikuti zaman)," tandas Dedi.

Baca Juga: Setelah Mengabdi Bertahun-tahun, Akhirnya Terungkap Alasan Sebenarnya Ustad Abdul Somad Mundur dari PNS

Celana cingkrang

Selain itu, pakaian untuk ASN juga disesuaikan dengan jabatan mereka.

Kalau untuk orang lapangan seperti penyuluh pertanian atau kehutanan, kata Dedi, cocoknya mengenakan pakaian cingkrang, mirip pangsi untuk baju pesilat.

Dengan modelnya yang longgar dan ujung celana di atas mata kaki, pakaian cingkrang ini membuat orang bebas bergerak.

Ujung celana tidak akan mudah kotor karena posisinya lebih tinggi.

"Nah, sebenarnya celana cingkrang itu bukan budaya Arab, malah budaya Nusantara. Orang-orang Sunda yang pergi ke sawah biasa menggunakan celana cingkrang, warna hitam. Itu yang disebut pangsi," kata Dedi.

Baca Juga: Catat Baik-baik: Rekrutmen CPNS 2019 akan Buka 197.111 Formasi, Ini Dia Jadwal, Alur, dan Mekanisme Pendaftarannya, Jangan Sampai Ketinggalan

Sarung Ma'ruf Amin

Dedi menyebutkan salah satu pejabat yang masih mempertahankan budaya nusantara dalam hal berpakaian adalah Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Ma'ruf Amin dalam acara apa pun, baik formal maupun informal, terbiasa mengenakan bawahan sarung.

Sarung, kata Dedi, adalah budaya khas nusantara dan itu adalah formal.

"Pak Ma'ruf terus menggunakan kain sarung karena pakaian khas Indonesia. Itu formal. Sama dengan orang Arab pakai jubah. Raja-raja Arab datang ke sini pakai gamis atau jubah," kata Dedi.(Putra Prima Perdana/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulDedi Mulyadi: Seragam ASN Harus Diubah karena Itu Warisan Belanda untuk Berburu

Editor : Khaerunisa

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya