Lama Tak Ada Kabar, Ternyata Jebolan Indonesia Idol Ini Tengah Berjuang Melawan Penyakit Mengkhawatirkan, Begini Kondisinya Sekarang

Jumat, 01 November 2019 | 07:30
Pixabay

Ilustrasi gangguan mental

Suar.ID - Abraham Kevin yang dikenal lewat ajang pencarian bakat Indonesian Idol 2018 menceritakan penyakit mental yang dimilikinya.

Kevin didiagnosis psikosomatis atau penyakit mental yang menyebabkan sakit pada fisik.

"Itu kalau dijelaskan seperti kecemasan yang bereaksi kepada tubuh. Kadang aku ngerasa deg-degan, kadang mataku blur, padahal kalau cek di dokter enggak ada masalah di mata," kata Kevin dalam acara Q & A Metro TV, Kamis (31/10/2019).

Baca Juga: Pernah Terlibat Adu Argumen Saat Debat Calon Gubernur DKI Jakarta, Beginilah Pendapat Ahok dan Anies soal Keadilan untuk Warga Jakarta

Kevin mengatakan, ia pernah bolak-balik ke rumah sakit sebanyak 10 kali dalam sebulan untuk mengecek kondisinya.

"Satu bulan bisa sampai 10 kali (masuk RS) mungkin ya karena aku masih muda aku enggak ada pengetahuan tetntang ilmu medis," ucapnya.

Saat itu, ketika ada serangan panik, ia merasa seperti tercekik dan pandangan matanya buram.

"Kadang aku menghadapi deg-degan aku kira itu ada yang salah dengan jantungku. Takut serangan jantung," jelas Kevin.

Baca Juga: Ramai Soal e-Budgeting, Sosok Ini Tiba-tiba Ingin Ajari Cara Ngitung kepada Anies Baswedan: Biar ke Depannya Bener dan Bisa Senang di Surga

Ternyata setelah dicek, tidak ada yang salah dengan organ-organ tubuh Kevin.

Hal ini kerap membuat Kevin dan keluarganya bingung.

Bahkan keluarga sempat tak percaya bahwa Kevin mengalami kesakitan pada fisiknya secara tiba-tiba.

Sampai akhirnya, Kevin didiagnosis psikosomatis.

Ia pun diberi obat untuk mengontrol gejala yang dirasakannya.

Kevin kini terbuka berbicara kepada publik karena ingin menghilangkan stigma buruk di masyarakat mengenai penyakit mental.

Baca Juga: Dihukum Push Up 10 Kali oleh Guru, Bocah Perempuan Ini Malah Mengalami Hal Tragis

Kompas.com/ Dian Reinis Kumampung
Kompas.com/ Dian Reinis Kumampung

Abraham Kevin Aprilio akui dirinya idap Psikosomatis

Lalu apa itu psikosomatis?

Dikutip dari Britannica, gangguan psikosomatis adalah suatu kondisi ketika tekanan psikologis memengaruhi fungsi fisiologis secara negatif sehingga menimbulkan tekanan.

Kondisi tersebut menyebabkan disfungsi atau kerusakan struktural pada organ tubuh melalui aktivasi yang tidak tepat dari sistem saraf involunter dan kelenjar sekresi internal.

Dengan demikian, gejala psikosomatis muncul sebagai penyerta fisiologis dari keadaan emosional.

Dalam keadaan marah, misalnya, tekanan darah, denyut nadi, serta laju pernapasan orang yang marah cenderung meningkat.

Ketika kemarahan mereda, proses fisiologis yang meningkat tersebut biasanya ikut mereda.

Namun, jika seseorang memiliki rasa marah yang berkesinambungan (kemarahan kronis) dan tidak diungkapkan secara terbuka, maka keadaan emosi pun tetap tidak akan berubah.

Baca Juga: Dibohongi Pacar Bule-nya Soal Usia yang Ternyata 10 Tahun Lebih Muda Darinya, Begini Jawaban Nikita Mirzani Setelah Dilamar Pacar Berondongnya Itu!

Tak hanya itu, gejala fisiologis yang muncul saat marah juga akan tetap muncul, meski tidak diekspresikan secara terbuka.

Gangguan psikosomatik dapat memengaruhi hampir seluruh bagian tubuh.

Sebuah riset yang dilakukan oleh psikiater Franz Alexander dan rekan-rekannya di Chicago Institute of Psychoanalysis pada tahun 1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ciri-ciri kepribadian spesifik dan konflik spesifik dapat menyebabkan penyakit psikosomatik tertentu.

Meski demikian, banyak yang meyakini bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh kerentanan individu.

Baca Juga: Rencana Anggaran Pemprov DKI 2020 Ramai Disorot Publik, Begini Komentar Ahok untuk Anies: Over Smart!

Gangguan psikosomatis juga disebut dengan gangguan psikofisiologis.

Dikutip dari News Medical, gangguan psikosomatis memiliki tiga kategori umum.

Pertama, seseorang dengan penyakit mental dan fisik dengan gejala yang rumit.

Kategori kedua, melibatkan seseorang yang mengalami masalah mental karena kondisi medis dan perawatannya.

Sebagai contoh, seorang pasien merasa tertekan karena mereka menderita kanker dan sedang menjalani perawatan.

Kategori ketiga disebut gangguan somatoform.

Somatoform adalah kondisi ketika seseorang dengan penyakit mental mengalami satu atau lebih gejala fisik, bahkan jika ia tidak memiliki kondisi medis terkait.

Baca Juga: Viral Gadis 16 Tahun Diikat dan Dianiaya Gara-gara Dituduh Curi Cincin Warga hingga Disaksikan Anak-anak, Tak Disangka Sosok Ini yang Menyiksanya

Ada beberapa klasifikasi terkait penyakit somatoform:

  • Hipokondriasis, kondisi ketika seseorang meyakini gejala fisik minor sebagai penyakit serius. Misalnya, menyimpulkan masalah perut kembung menjadi kanker usus besar.
  • Gangguan Konversi, ketika seseorang yang tidak memiliki penyakit medis mengalami gejala neurologis seperti kejang yang memiliki efek pada gerakan dan indera.
  • Gangguan somatisasi, kondisi ketika seseorang merasa sering sakit kepala dan mengalami diare, yang tidak ada hubungannya dengan kondisi medis serius.
  • Gangguan dysmorphic tubuh, kondisi ketika seseorang menjadi stres tentang penampilan tubuh mereka seperti keriput dan obesitas.
  • Gangguan rasa sakit, ketika seseorang merasakan sakit parah pada bagian tubuh mana pun dan dapat berlangsung hingga satu tahun tanpa sebab fisik apa pun, Misalnya migrain, sakit kepala, sakit punggung, dan lain-lain.
Baca Juga: Viral! Seorang Wanita di Makassar Menyuruh Suaminya untuk Poligami, Ternyata Dirinya Punya Penyakit Ini...

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : YouTube

Baca Lainnya