Suar.ID - Seorang 'mak comblang' ISIS yang diduga mendorong Shamima Begum pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS telah memohon agar diizinkan kembali ke Inggris.
Dilansir dari Mirror.co.uk (29/9/2019), Wanita bernama Tooba Gondal (25) itu mengatakan ingin 'menebus' dirinya sendiri dan menghadapi pengadilan Inggris.
Untuk diketahui, Shamima Begum adalah pengantin ISIS yang beberapa waktu lalu dipastikan tidak diizinkan untuk pulang ke Inggris.
Ia bersama dua temannya memutuskan untuk bergabung bersama ISIS pada 2015 silam setelah kabur dari kampung halamannya di Bethnal Green, London, Inggris.
Sementara itu, si 'Mak Comblang', Gondal berasal dari London Timur, ia juga melakukan perjalanan ke bekas markas ISIS Raqqa pada 2015.
Gondal kini telah ditahan di sebuah kamp Suriah Utara setelah diserahkan ke pasukan Kurdi.
Menurut Sunday Times, ibu dua anak itu sangat ingin kembali ke Inggris.
Dalam sebuah catatan dia dilaporkan menulis: "Saya ingin menghadapi keadilan di pengadilan Inggris. Saya ingin membebaskan diri. Saya ingin Inggris menerima permintaan maaf saya dan memberi saya kesempatan lagi,".
Jihad, yang menggunakan nama samaran Umm Muthanna Al Britaniyah, memikat pengantin ISIS muda melalui internet.
Sementara itu, Shamima Begum dikabarkan termasuk diantara rekrutannya.
Gondal, yang merupakan mantan mahasiswa Goldsmith dan putri pebisnis sukses, bergabung dengan kelompok teroris ketika dia berusia 22 tahun.
Gondal bersikeras bahwa ia tidak membahayakan Inggris, dan mengatakan ingin kembali ke 'kehidupan normal'.
Ia mengatakan kepada Rojava Information Center dalam sebuah wawancara bulan april bahwa Inggris takut dan mereka tidak mau berurusan dengan kelompok teroris itu.
Namun, menurutnya mereka harus melakukannya.
"Kita tidak bisa tinggal di kamp ini selama sisa hidup kita, mereka harus berurusan dengan kita. Kami bukan ancaman bagi masyarakat mereka, kami hanya ingin kembali kehidupan normal lagi," ujarnya.
Gondal mengatakan bahwa dirinya adalah 'korban nyata' dan tidak membahayakan siapa pun.
Sementara Jihad menambahkan: "Para wanita dan anak-anak (ISIS) menjadi korban.
"Saya tidak membahayakan siapa pun, jika saya tidak melakukan kerusakan di Suriah selama empat tahun, ancaman seperti apa yang bisa saya lakukan terhadap Inggris?," katanya.
Gondal mengatakan Pasukan Demokrat Suriah menyita semua barang pribadi yang dibawa dari Inggris.
"Mereka mengambil uang kita, mereka mengambil emas kita, semua elektronik kita, kita harus memulai hidup dari nol," katanya.
Menggambarkan kondisi yang dia alami di kantong ISIS, Gondal mengatakan desa itu bukan tempat untuk membesarkan anak-anaknya.
"Mereka akan tumbuh untuk tidak memiliki sopan santun dan tidak memiliki pendidikan ... para wanita mungkin akan kehilangan kewarasan mereka ... lebih banyak penyakit, lebih banyak penyakit, kasus kematian," ungkapnya.
Gondal menikah dengan perekrut utama ISIS, Abu Abbas al-Lubnani, yang kemudian meninggal.
Baca Juga: Termasuk Kenakan Pakaian Penuh Warna, Inilah 9 Cara Mudah Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Dia kemudian menikah dengan pejuang Pakistan lainnya, yang juga terbunuh di desa Khsham.
Setelah kematian suaminya yang kedua, dia dan anak-anaknya menghabiskan satu setengah tahun pindah dari satu desa ke desa lain.
Dia berkata: "Kami tidak tahu siapa di sebelah kiri yang menyerang kami, siapa di sebelah kanan. Bahkan dengan siapa kami. Itu benar-benar berantakan."
Jihad pernah menyebut Inggris sebagai 'negara kotor' dan menyatakan dukungannya untuk serangan-serangan Paris 2015 dengan mengatakan dia 'berharap' bisa menyaksikan pembunuhan itu.
Menyusul peristiwa tragis itu, dia menulis di internet: "Seandainya aku bisa melihat para sandera dibantai tadi malam dengan mataku sendiri. Akan sangat indah."