Suar.ID – Jacinda Ardern Perdana Menteri Selandia Baru bersumpah untuk tidak akan pernah menyebut nama pria bersenjata yang menembaki jamaah di masjid Christchurch, Selandia baru, Jumat (15/3/2019).
Tujuan aksi tersebut tak lain juga adalah untuk mengangkat profil sang pelaku.
Mengutip Independent.co.uk, Ardern mengatakan Brenton Tarrant pria 28 tahun yang telah didakwa melakukan pembunuhan atas serangan itu memecat pengacara yang ditunjuk pengadilan untuk mendampinginya.
Ia berencana untuk mewakili dirinya sendiri.
Baca Juga : Paus Mati Ditemukan di Filipina, Saat Perutnya Dibedah Isinya Ternyata 40 Kg Plastik!
Ardern mengatakan dia akan melakukan segala daya untuk menolak teroris itu atas pandangannya mengangkat supremasi kulit putih.
"Saya setuju bahwa itu benar-benar sesuatu yang perlu kita akui, dan melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah ketenaran yang dicari orang ini," kata Ardern kepada wartawan.
"Dia jelas memiliki berbagai alasan untuk melakukan serangan teroris yang kejam ini. Ingin profilnya terangkat adalah salah satunya. Dan itu adalah sesuatu yang kita dapat benar-benar menolaknya.
Satu hal yang bisa saya yakinkan - Anda tidak akan mendengar saya menyebut namanya," tambah Ardern.
Dalam pidatonya yang penuh semangat di Parlemen, perempuan 38 tahun ini juga mengajak publik mengikuti jejaknya untuk tidak memberikan ketenaran kepada teroris itu.
Jacinda Ardern justru menginginkan publik lebih mengenang nama-nama korban daripada nama orang yang telah menghabisi nyawa mereka.
"Aku mohon, bicaralah nama-nama mereka yang menjadi korban, daripada nama orang yang mengambilnya," katanya.
"Dia mungkin mencari ketenaran, tetapi kita di Selandia Baru tidak akan memberinya apa-apa, bahkan untuk namanya pun tidak."
Sementara sehari sebelumnya, pada Senin (18/3/2019) malam, lebih dari 1.000 siswa dari sekolah di Christchurch dan orang-orang dari latar belakang agama berbeda berkumpul di sebuah taman di seberang masjid Al Noor.
Baca Juga : Hati-hati, Makan Makanan Pedas Sebelum Tidur Bisa Menyebabkan Mimpi Buruk
Mereka datang menyerukan persatuan dengan penuh semangat.
Mereka duduk di atas rumput dengan menyalakan lilin serta menyanyikan lagu tradisional penduduk asli Maori.
Ratusan orang kemudian berdiri untuk menampilkan haka yang emosional dan menantang, tarian seremonial yang terkenal dari Maori.
Bagi banyak orang, bergabung untuk memberi dukungan pada korban adalah kesempatan yang sangat dibutuhkan untuk menenangkan pikiran mereka setelah beberapa hari yang memilukan.
"Saya merasa sangat penting untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa satu tindakan kekerasan tidak menganggambarkn seluruh keadaan kota," kata Sarah Liddell seorang remaja 17 tahun.
"Ini adalah salah satu cara terbaik menunjukkan kepada semua orang untuk berkumpul bersama.
Beberapa sekolah biasanya bersaing menjadi yang terbaik dari yang lain, tetapi di saat-saat seperti ini kita semua hanya berkumpul bersama dan persaingan itu dilupakan," pungkasnya.
Baca Juga : Ini Dia Sosok Ibu Lis yang Disebut-sebut Sandiaga Uno dalam Debat Cawapres 2019 Tadi Malam