Kelahiranku yang dianggap membawa keberuntungan bagi keluarga, membuat orangtuaku begitu memanjakan diriku di banding kakakku.
Bahkan, aku sudah dimanja sejak masih dalam kandungan.
Misalnya saja kalau kelahiran kakakku hanya ditangani bidan di Lumajang, waktu mengandung aku, Mama melakukan kontrol kandungan di Surabaya dengan ditangani dokter spesialis kandungan.
Saat melahirkan aku, Mama juga ditangai dokter spesialis kandungan di Surabaya. Padahal, jarak dari tempat tinggal orang tua di Desa Dawuhan, Lumajang sampai Surabaya, makan waktu tiga jam dengan mobil.
Oleh orangtua, aku memang dianggap anak yang membawa keberuntungan!
Waktu itu, Bapak jadi guru SMEA di Lumajang. Di sela-sela waktunya, Bapak juga nyambi sebagai pemasok damen atau jerami ke pabrik kertas Leces.
Usaha Bapak semakin meningkat justru ketika Mama hamil aku.
Bahkan, ketika aku lahir, usaha Bapak semakin bagus. Kata orang, dari usaha damen tadi, Bapak menjadi salah seorang yang kaya raya di desa kami.
Itu sebabnya, sejak kecil aku gaya tenan lo (sungguh-sungguh bergaya, Red).
Bayangkan saja, aku selalu mendapat kualitas makanan yang bagus dari segi gizi.
Pokoknya, akulah yang paling disayang orangtuaku. Mungkin itu yang membuat pertumbuhan badanku lebih subur dibanding kakakku.