Beberapa daerah di Madura menjadi penghasil gerabah, seperti di Mandala Andulyang, Duko Ru Baru, Yangkatan Kyangean, Baragung, Pademawa, Dalpenyang Pakaporan, dan Blega Bangkalan. Di antara daerah-daerah tersebut, yang sangat terkenal adalah Karang Penang Sampang dan Andulang Sumenep. Kedua daerah tersebut memproduksi gerabah dalam bentuk genteng.
Memang tidak semua daerah di Madura menghasilkan gerabah. Hal ini disebabkan karena tidak semua wilayah di Madura memiliki struktur tanah liat yang dijadikan bahan dasar pembuatan gerabah. Secara umum, tanah-tanah di Madura mengandung pasir yang tinggi, karena Pulau Madura dikeliling oleh pantai, sehingga tidak bisa digunakan untuk membuat gerabah.
Di antara daerah-daerah penghasil gerabah tersebut ada semacam perjanjian kerja untuk membuat barang-barang yang sudah ditentukan secara turun-temurun atau spesialisasi. Dengan spesialisasi ini persaingan dapat dicegah. Gerabah Madura juga memiliki kekhasan lokal yang disebabkan oleh keahlian/keterampilan pengrajin, tersedianya bahan, teknik pembuatan, dan teknik pembakaran. Dengan spesialisasi dan ciri khasnya itu, banyak kampung diberi nama sesuai dengan nama jenis tembikar tertentu.
Peralatan pengrajin gerabah Madura adalah alat-alat tradisional yang tidak jauh bedanya dengan yang sudah digunakan pada zaman prasejarah. Alat-alat umum adalah cangkul, linggis, ember, dan alat-alat khusus seperti berikut.
- Panombuk atau penumbuk berupa bulatan bertangkai untuk alat pembentuk bagian dalam. Panombuk atau penumbuk berupa bulatan bertangkai untuk alatpembentuk bagian dalam.
- Panempa atau penempa untuk pembentuk dan penghalus bagian luar berupa sekeping papan.
- Pangorek atau pengerok, sejenis sabit bermata miring bertangkai panjang untuk menghaluskan bagian dalam.
- Panyabungan, wadah air untuk menetesi gerabah dengan secarik kain agar mudah dihaluskan.
- Pangeled, secarik kain untuk membentuk bibir gerabah.
- Pangajakan, sejenis nyiru untuk ayakan pasir.
- Pangabuan, tempat abu.
- Panompal, alat menyisikan abu dari pembakaran.
- Wer-kower, galah berujung kawat lengkung.
- Pamatong, sejenis pisau atau kawat pemotong tanah liat.
- Pungku, pembakaran gerabah.
Proses pembuatan gerabah tersebut sebagai berikut:
- Menyiapkan bahan berupa tanah liat.
- Mengaduk tanah liat dengan dicampur air.
- Setelah jadi adonan, diambil per bongkahan untuk dibuat bentuk kasar.
- Dengan menggunakan kain pangeled, bibir atau pinggiran bongkahan dibentuk sehingga bulat melingkar.
- Bila yang dibuat sejenis periuk, maka ketika pinggiran atau bibir sudah jadi lalu diangin-anginkan. Baru kemudian membuat bagian perut yang terpisah dengan bibir, kemudian setelah jadi perut dan bibir disambung dan diperhalus.
- Bila yang dibuat bertelinga atau bertangkai, maka dibuatkan telinga atau tangkai untuk kemudian ditempelkan atau digabungkan dan diperhalus.
- Setelah halus dan diteliti kesempurnaannya, kemudian dijemur atau dibakar hingga benar-benar kering.
- Langkah terakhir setelah kering adalah dibersihkan. Namun untuk beberapa daerah ada yang masih menyempurnakannya dengan cat yang berasal dari lumpur.
Meski gerabah masih tetap diproduksi, tetapi dalam perkembangannya dihadapkan pada produk-produk modern. Produk-produk modern tersebut tidak hanya proses pembuatannya yang modern, namun juga menggunakan bahan-bahan yang lebih praktis dan lebih tahan lama, seperti dari plastik, karet, besi, dan aluminium. Akibatnya, lambat laun menggeser keberadaan gerabah. Para pengrajin pun juga terancam.
Ayo Menulis
Berdasarkan bacaan di atas, temukan ide pokok masing-masing paragraf.
Jawaban:
Paragraf 1: Salah satu di antara warisan karya budaya yang sangat tua, luas persebaranya, dan mampu bertahan hingga sekarang adalah gerabah, yakni barang pecah belah dari tanah bakar yang dibuat secara tradisional.