Melihat kondisi air yang deras dan cukup keruh, Hendri merasa jika metode boat search seharusnya diganti dengan metode yang lebih canggih.Contohnya dengan kapal berteknologi radar yang dapat mencari orang hilang melalui aliran sonar.Sehingga mengandalkan metode visual seharusnya tidak dijadikan satu-satunya cara untuk mencari keberadaan Eril. "Sistem pencariannya kalau saya lihat dia by visual, dia menggunakan teropong air, sedangkan di Indonesia kita sudah pakai teknologi radar, jadi kita mencari itu dengan sonar,""Saya kemarin memperhatikan metode pencarian di sana manual sekali menurut saya.""Dia pakai kaca di taruh di ujung kapal gitu, terus ada seperti teropong kaca terus ditaruh di bawah gitu, makanya dia kesulitan ketika airnya keruh.""Dia metodenya selama ini begitu, orang tenggelam itu dicarinya begitu, kondisi sekarang karena gletsernya mencair dan keruh, dia gak bisa menemukan itu.""Harusnya pakai device-device yang lebih canggih lagi, sambungnya."Kendati begitu, Hendri menyebut bahwa kemungkinan alam lainnya bisa saja terjadi.Seperti tersangkut bebatuan atau hanyut ke muara yang lebih dalam, pihaknya hanya bisa memprediksi secara singkat karena tidak mengetahui medan sungai Aare."Di sana ada pernyataan kalau 99,9 persen itu (ditemukan setelah) 3 minggu kan, ya itu menunggu dekomposit itu kalau memang itu beliaunya (terjadi) yang tidak kita inginkan, itu mungkin permasalahannya sampai sekarang belum bisa ditemukan.""Kita gak tahu apakah itu tersangkut di batu-batuan apakah itu hanyut sampai jauh, kita belum tahu.""Kita kan tidak hafal kontur di sana seperti apa," tutur Hendri.
Kepala Basarnas Sebut Tim SAR Swis yang Cari Eril Belum Pakai Metode Canggih Saat Cari Orang Hilang: Indonesia Sudah Pakai Radar!
Adrie Saputra - Sabtu, 04 Juni 2022 | 11:32