Salah satunya, ia sempat ingin melanjutkan jenjang akademisnya.
Selain itu, karena sakit mental yang dimiliki, Atiek CB jarang bergaul dan bersosialisasi dengan lingkungan tempatnya tinggal.
"Saya lebih senang menyendiri."
"Saya nggak punya teman."
"Kadang happy, kadang sedih, tapi banyak sedihnya," ucap Atiek CB.
Namun, kini baik Atiek CB maupun anak-anaknya, menjadi aktivis kesehatan mental.