Bisa dibayangkan, betapa Yurikelabakan menghadapi respon masyarakat yang sudah terlanjur gaduh.
Ditambah ia harus tetap memutar otak antara tugas rutin menyampaikan informasi perkembangan covid-19terkini, dengan persepsi keliru yang terlanjur merebak di masyarakat.
Matahari tak bisa diputar arahnya hingga datang sekelompok profesional yang juga relawancovid-19.
Mereka tak bisa membiarkanAchmad Yurianto menjalankan tugas yang berat ini sendirian.
Sampai akhirnya Muncullah Tb Arie Rukmantara (Unicef Indonesia), yang berinisiatif mengkoordinir media center agar lebih tertata.
Ia kemudian berperan sebagai script writer untuk Achmad Yurianto–dan kemudian—juga untuk dr Reisa Broto Asmoro.
Achmad Yurianto sendiri mengawali kariernya di dunia militer tahun 1987 sebagai perwira utama kesehatan daerah militer Kodam V/Brawijaya.
Dari sana dia berpindah-pindah tempat penugasan.
Di antaranya sebagai dokter Batalyon Infantri 745/Sampada Yudha Bakti untuk misi di Dili, Timor Timur tahun 1991.
Cukup lama berkiprah sebagai dokter militer, terakhir adalah tahun 2011 ketika ia menjadi Kepala Dinas Dukungan Kesehatan Operasi Pusat Kesehatan TNI.
Setelah itu dia diminta menangani Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan sebagai Kepala.