Itu artinya, doa buka puasa susah sesuai dengan sunah Nabi Muhammad.
Sementara doa buka puasa susuai sunah alias hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, karena juga mengetahui ada doa dari riwayat perawi lainnya, ulama dari Mazhab Syafi’i menggabungkan doa riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud.
Demikian disebutkan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi, yaitu:
“Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu,dianjurkan menambahkan lafal ‘Wa bika âmantu, wa bika wa ‘alaika tawakkaltu. Dzahabadl dlama’u, wabtallatil ‘urûqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yâ wâsi‘al fadhli, ighfir lî. Alhamdulillâhil ladzî hadânî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu.”
Yang artinya: “Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Dan insya Allah pahala sudah tetap. Wahai Zat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya.”
Lepas dari perselisihan mana doa buka puasa yang sesuai sunah Nabi, kita bisa menyimpulkan bahwa ulama zaman dulu begitu bijak dalam menghadapi perbedaan riwayat.
Mereka menggabungkan dua riwayat yang berbeda tanpa menegasikan, menyalahkan, atau mengecilkan riwayat lain.
Dan gabungan doa buka puasa seusuai sunah Nabi yang berasal dari dua riwayat itu kemudian disuguhkan kepada masyarakat yang kemudian diamalkan turun-temurun oleh mereka hingga kini.
Doa ini dibaca setelah setelah mereka membatalkan puasanya.
Selain memahami dan mengetahui cara doa buka puasa yang sesuai dengan sunah Nabi Muhammad, kita juga dituntut memperbanyak amal saleh selama menajalankan puasa di bulan Ramadhan.