Pasalnya hal ini adalah bagian dari strategi keseluruhannya dalam arti kalau ada koordinasi yang jalas untuk itu.
Misalnya, selama akhir pekan, Putin awasi latihan nuklir strategis yang libatkan peluncuran rudal balistik hipersonik dan senjata lainnya.
Komentar Putin ini pun kemudian diterjemahkan seperti membuat ancaman terselubung untuk kemungkinan serangan nuklir, kata Cameron.
Tak cuma itu, masih kata Cameron, Putin pun mungkin merasakan beberapa elemen keraguan tentang anggota NATO yang mengatakan kalau mereka tak akan menggunakan intervensi militer.
"Dia mencoba untuk menutup keraguan itu dengan membuat bayangan nuklir menggantung di atas apa yang dia lakukan di Ukraina."
Profesor hubungan international Universitas Innsbruck, Gerhard Mangott yang berfokus pada hubungan AS-Rusia mengatakan kalau ini bukan pertama kalinya Putin ini buat ancaman seperti ini.
Katanya, selama pencaplokan Krimea pada tahun 2014, pasukan nuklir Rusia juga berada dalam siaga tinggi.
Seperti yang ia lakukan pada tahun 2014, Putin"menandakan bahwa Rusia bahkan bersedia untuk meningkatkan dengan penggunaan senjata nuklir."
Maggot pun mengungkapkan kalau Barat memutuskan untuk gunakan intervensi militer, maka ada risiko nyata kalau Rusia akan gunakan beberapa senjata nuklir strategis.
"Ini bukan risiko nyata," katanya, karena Barat tidak akan membiarkan hal itu terjadi.