Escobar menderita penyakit paru obstruktif kronik stadium akhir.
"Penyakit itu sangat mengurangi kualitas hidupnya, serta sejumlah kondisi lainnya," ujar Giraldo kepada Reuters.
Prosedur tersebut dilakukan di sebuah klinik di Cali, ibu kota provinsi Valle del Cauca, Kolombia.
"Saya tidak mengucapkan selamat tinggal, hanya 'sampai jumpa lagi'," kata Escobar.
Escobar telah berjuang selama dua tahun mengejar haknya untuk di-euthanasia.
Ia sempat menghadapi tentangan dari dokter, klinik dan juga pengadilan.
Keputusannya menjalani euthanasia menuai kritik keras.
Apalagi, di negara dengan mayoritas penganut Katolik Roma dan di mana gereja masih menyebut eutanasia sebagai "pelanggaran serius."
Konferensi Waligereja Kolombia bahkan mengkritik setelah keputusan pengadilan pada bulan Juli silam.
Monsignor Francisco Antonio Ceballos Escobar mengatakan, euthanasia adalah "pembunuhan yang sangat bertentangan dengan martabat pribadi manusia dan rasa hormat ilahi dari penciptanya."
Ia juga menyebut, sebaiknya negara merawat orang sakit, daripada memfasilitasi prosedur euthanasia, outlet berita lokal melaporkan.