Suster mengatakan kepadanya, anggota militan memasuki gereja.
Mereka pun mulai menembakkan semburan panjang dari senjata mereka ke kerumunan pengungsi.
Mereka juga melemparkan granat tangan di antara para korban yang berkerumun.
Di dalam gereja, Barudero mengatakan, hanya ada anak-anak kecil dan wanita, bayi-bayi yang digendong ibunya dan wanita-wanita hamil.
Para pria telah melarikan diri sebelumnya.
Barudero, seorang suster, telah mengirim 4 wanita hamil kembali ke gereja dari rumah sakit tempatnya bekerja hanya dua jam sebelumnya untuk menunggu prosesi melahirkan.
"Mereka pergi ke gereja karena merasa aman di sana,"
"Mereka merasa dekat, para pendeta adalah perlindungan," ujar suster yang pada 1999, masih berusia 64 tahun.
Cerita pembantaian massal darinya dikonfirmasi oleh agen berita misionaris Vatikan, Fides, sebagai salah satu penggambaran paling brutal mengenai kekerasan di Timor Leste yang muncul sejak pasukan militan melawan kemerdekaan dari Jakarta dan mulai menjarah dengan dukungan dari militer Indonesia.