Pada 30 Agustus 1999, sekitar 78 persen warga Timor Timur memilih merdeka dalam referendum.
Hasil itu mendapatkan respon agresif dari milisi anti-kemerdekaan, mereka menanggapinya dengan kekerasan.
Milisimeruntuhkan kota, membakar bangunan, dan menyerang serta membunuh orang.
Kabarnya, sekitar 1500 warga Timor Timur tewas dalam kekerasan itu.
Puluhan ribu meninggalkan rumah mereka ke gunung-gunung, dan pasukan Indonesia memaksa lebih dari 300.000 orang melewati perbatasan darat ke Timor Barat.
Hal itulah yang membuat dunia internasional mendirikan INTERFET dengan Australia sebagai negara kuncinya.
Pasukan perdamaian ini ditugaskan untuk mengamankan Timor Timur dari milisi yang ngamuk.
Tetapi kabarnya keputusan Australia untuk pergi ke Timor-Leste tidak hanya berprinsip ingin mengamankan kedaulatan negara tetangganya yang masih baru.
Dua bulan sebelum Timor Leste benar-benar merdeka,Australia menarik pengakuannya atas yurisdiksi Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan perselisihan batas laut.
Keputusan itumerupakan jenis diskusi yang tepat dan perlu dipersiapkan oleh Timor-Leste terkait cadangan minyak dan gas yang menguntungkan terkubur jauh di dalam Laut Timor.
Bebas dari pandangan adjudicator independen, Australia mengambil pendekatan bullish dalam negosiasi atas kekayaan minyak dan gas multi-miliar dolar Laut Timor.