"Saya menjalani DSA bukan karena stroke, tentu saja tidak ada bukti empiris bahwa saya telah sembuh dari sakit. Mata saya juga tidak minus sehingga saya tidak merasakan pengurangan minus. Tapi saya merasakan pikiran lebih fokus. Rasa pening tak ada lagi kecuali kalau terlambat makan," tulis Mayong.
"Seketika setelah menjalani 'tune-up' otak itu mata saya menjadi nanar, sulit mengantuk kecuali memang saatnya tidur. Yang agak mengherankan, pelbagai peristiwa masa lalu teringat lagi."
Memakan korban hingga lumpuh
Di tahun 2018, Sarah Diana salah seorang anggota keluarga mantan pasien dr Terawan mengungkapkan kegagalan cuci otak yang dialami pamannya yang bernama Gerald Liew.
Diketahui, proses cuci otak ini terjadi pada tahun 2015.
gerald yang pada saat itu sedang sehat didiagnosis berpotensi menderita neurisma atau pembengkakan pembuluh darah di masa depan.
Oleh dr Terawan, Gerald akhirnya dianjurkan untuk melakukan terapi cuci otak dan pemasangan koil atau kawat tipis untuk penyumbatan darah yang membengkak.
Usai menjalani operasi selama 30 menit, Gerald ini malah menunjukkan gelagat aneh.
Hal ini pun dirasakan oleh istri Gerlad.