"Berdasarkan hasil penelitian tahun 2020, untuk mengetahui prevalensi kejadian stunting pada balita (12-59 bulan) di Pontianak Tenggara Kalimantan Barat. terdapat tiga determinan yang dapat mempengaruhi kejadian stunting."
"Tiga determinan tersebut diantaranya adalah, adalah asupan protein kepada bayi, riwayat penyakit diare bayi, dan usia melahirkan yang terlalu muda," ungkap Bidan Yuli.
Senada dengan Bidan Yuli, BidanZahrotun Nisa, Puskesmas Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (02/08/2021) mengatakan, pasangan yang menikah muda memang berisiko melahirkan bayi yang stunting.
Karena kehamilan di usia muda bisa membuat Moms dan calon buah hatinya berubutan asupan nutrisi.
"Menurut saya bisa ya karena kan kehamilan remaja."
"Kehamilan pada remaja akan mempengaruhi nutrisi yang masuk pada janin akibat kompetisi."
"Jadi di sini kebutuhan nutrisi si janin, dengan kebutuhan si remaja itu sendiri jadi rebutan."
"Masa remaja itu kan masih masa pertumbuha ya kemudian ada janin di tubuhnya sehingga berbagi nutrisi."
"Risikonya besar sekali dan menyebabkan bayi stunting," ungkap Bidan Nisa.
Kurangnya pengetahuan tentang 1000 hari pertama kehidupan anak pada ibu muda juga bisa membuat anak menjadi stunting.