Hal ini disebabkan karena si bungsu yang terkenal memiliki sifat manja akan merasa nyaman dengan si sulung yang mandiri dan senang mengayomi.
Sedangkan si sulung sendiri akan paham dengan sifat manja si bungsu karena hafal dengan sifat-sifat adiknya.
Dari situlah gesekan antara dua manusia dalam menjalin rumah tangga ini bisa sedikit dikurangi.
Keduanya nampak klop untuk saling melengkapi.
Selain itu, anak pertama dan anak bungsu yang menikah biasanya lebih minim konflik dalam pernikahan.
Karakter saling mengalah dan saling memahami membuat pasangan ini bisa lebih harmonis.
Bila ada perselisihan pendapat, ada salah satu yang siap untuk meredam ego.
Jarang bahkan tidak pernah terjadi satu momen di mana keduanya sama-sama meledak hanya karena berbeda pendapat.
Itulah yang membuat pernikahan antara anak pertama dan anak bungsu menurut primbon Jawa diramalkan langgeng.
Mitos ini secara pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pasangan ideal memang diwujudkan dari anak pertama dan anak terakhir.
Kira-kira apakah Anda juga percaya?