"Kita bekerja super keras, saya pikir setengah mati si. Pas pandemi itu kita kerja tujuh hari seminggu, lebih dari 12 jam sehari. Tanpa libur tanpa istirahat selama satu setengah tahun itu. Supaya itu bisa digunakan di seluruh dunia," ungkap Carina.
Pernah Bercita-cita Sebagai Dokter atau Insinyur
Sebelumnya, Carina mengungkapkan pernah bercita-cita sebagai dokter atau insinyur.
Kemudian sewaktu SMA ia tertarik dengan bidang bioteknologi, khususnya tentang manipulasi genetika.
"Dulu cita-citanya pas masih kecil pengen jadi dokter atau insinyur, ya standar. Waktu saya SMA saya cari-cari lagi untuk bidang kuliah, saya pikir ini saya tertarik dengan satu bidang bioteknologi."
"Tentang manipulasi genetika. Karena menarik ya saya bisa mengganti genetika tumbuhan atau hewan," terang Carina.
Karena pada saat itu di Indonesia masih belum banyak yang membuka studi bidang tersebut, akhirnya Carina harus melanjutkan studinya ke luar negeri.
Setelah lulus S1, ia ditawari magang di sebuah perusahaan Australia.
Perusahaan inilah yang menawarinya untuk melanjutkan studinya hingga meraih gelar PhD untuk mendukung karirnya di bidang penelitian.
Wanita dengan gelar PhD bidang Bioteknologi di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia ini menambahkan, bahwa pengalamannya di industri bioteknologi berpengaruh hingga akhirnya terlibat dalam penelitian vaksin AstraZeneca untuk COVID-19 saat ini.
"Setelah PhD saya, saya melanjutkan magang selama 7 tahun. Karena saya memiliki latar belakang industri, saat melamar ke Oxford postdoc, mereka senang dengan latar belakang industri saya," katanya.