"Arogansi yang dipertontonkan secara telanjang. Ukulele itu dibeli dengan rupiah, bahkan ada yang sampai pinjam bank keliling buat beli itu agar bisa makan," tulisnya.
"Ada harap dan doa dari anak istrinya dalam tiap petik suara yang mereka perdengarkan," lanjutnya.
Selain itu, Andi juga menjelaskan kalau ada permasalahan sistematik hingga akhirnya banyak orang yang kemudian memilih menjadi pengamen.
Masalah tersebut bisa jadi urusan pendidikan, ekonomi, ketimpangan sosial atau sederet masalah lainnya.
Pembinaan yang selama ini dilakukan juga tak dapat menyentuh akar masalah dan membuat masalah ini terus berulang.
"Yang bakat musik harus mengubur passionnya karena diajarkan menjahit, komputer, sampai merangkai bunga," tulisnya.
Ia pun menyebut pemerintah daerah seharusnya memberikan fasilitas untuk kesenian.