Suar.ID – Meskipun setelah perang digambarkan sebagai ibu dan istri yang patuh, banyak wanita Jerman memainkan peran aktif dan penting dalam kebangkitan Adolf Hitler.
Mereka juga berkontribusi besar pada gelombang ganas anti-Semitisme.
“Wanita-wanita ini adalah propaganda terbaik yang dimiliki Partai,” tulis Heinrich Hoffman dalam memoarnya pascaperang, Hitler was My Friend.
“Mereka membujuk suami mereka untuk bergabung dengan Hitler, mereka mengorbankan waktu luang mereka untuk antusiasme politik mereka dan mereka mengabdikan diri mereka sepenuhnya dan tanpa pamrih untuk kepentingan Partai.”
Sederhananya, mereka juga menyediakan sarana biologis bagi Nazi untuk mengejar apa yang disebut ras utama menurut versi mereka.
Pada akhir Perang Dunia I melalui Depresi Hebat, Jerman mengalami penurunan angka kelahiran.
Pada tahun 1933 angka itu hanya 14,7 per 1.000. Pada tahun 1939, karena upaya bersama oleh partai Nazi, statistik tersebut naik menjadi 20,3.
Namun yang terakhir, ”mewakili kesuburan hanya sedikit di atas yang dibutuhkan untuk penggantian populasi secara permanen,” tulis pakar populasi Dudley Kirk.
Krisis kesuburan membuat para pemimpin SS pada tahun 1936 membuat program yang diarahkan negara bagian yang dikenal sebagai Lebensborn atau Fount of Life.
Menurut Peringatan dan Museum Holocaust Amerika Serikat, peraturan Lebensborn, bersama dengan Perintah Pernikahan SS tahun 1932, menetapkan bahwa setiap anggota SS memiliki setidaknya empat anak, di dalam atau di luar nikah.