Mohammed secara hukum diharuskan untuk tinggal dengan kapal kargo.
Pada musim panas 2019, dia sendirian di ataskapal, tanpa listrik, tanpa sanitasi, dan tidak ada informasi kapan cobaan beratnya akan berakhir.
Dia menyaksikan kapal-kapal berlayar melewati, masuk dan keluar dari Terusan Suez di dekatnya, menunggu hari di mana dia akan diizinkan pulang lagi.
Pada Agustus 2018, Mohammed mendapat kabar bahwa ibunya telah meninggal, dan itu semakin memperburuk kondisinya.
Itu adalah titik terendah dari cobaan beratnyadan Mohammed mengaku sempat memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Pada Maret 2020, kapal yang menjadi penjara Mohammed terlempar dari tempat berlabuhnya oleh badai yang kuat, menyebabkan terhanyut beberapa mil, sebelum kandas beberapa ratus meter dari garis pantai Mesir.
Mohammed menganggap ini berkat campur tangan Sang Pencipta, karena ini memungkinkannya berenang ke pantai untuk mendapatkan makanan, dan mengisi daya ponselnya.
Beberapa hari yang lalu, setelah menghabiskan hampir empat tahun terdampar di laut, Mohammed Aisha akhirnya naik pesawat ke rumahnya di Suriah untuk bertemu kembali dengan keluarga dan teman-temannya.
Dia menggambarkan perasaan meninggalkan kapal sebagai dibebaskan dari penjara.