Bukankah dalam setiap lembaran sejarah Eropa diwarnai dengan perbuatan mengerikan pengkhianatan dan pembunuhan, demikian kecamuk pertanyaan dalam benaknya.
Apa yang akan kita katakan tentang perang religius antara Jerman dan Prancis, penaklukkan Amerika, pertumpahan darah di Timur Tengah, hingga Inkuisisi Spanyol?
Bagi Ida, tampaknya melancong tidak sekadar berpindah tempat, tetapi juga menuntunnya supaya punya pemikiran terbuka tentang ragam peradaban dan kerendahan hati.
“Saya tidak berpikir bahwa kita orang Eropa dapat berkata banyak tentang kebiadaban ini,” paparnya.
Baca Juga: Seorang Pemburu Hewan dengan Bangga Mengatakan Telah Membunuh 5.000 Gajah selama 50 Tahun
Menurutnya, bangsa Eropa juga membunuh musuh dan bahkan menyiksa musuh mereka dengan berbagai alat dan cara penyiksaan.
Sementara, orang-orang Dayak membunuh musuh tanpa menyiksanya.
“Dan apa yang telah mereka lakukan, mungkin kita dapat memaafkan mereka yang tidak mendapat pencerahan agama dan budaya intelektual,” pungkasnya.
Baca Juga: Membedah Kehidupan Suku Togutil Primitif di Halmahera yang Diduga Serang 3 Pemburu hingga Tewas
Kisah ini merupakan cuplikan dari A Lady's Second Journey Round the World: From London to the Cape of Good Hope, Borneo, Java, Sumatra, Celebes, Ceram, the Moluccas, Etc., California, Panama, Peru, Ecuador, and the United States, Volume 1.
Buku tersebut merupakan catatan perjalanan Ida Laura Reyer Pfeiffer yang terbit di London pada 1855.