"Enggak makan nasi selama dua tahun," cerita Juwita Bahar, katanya di kawasan Tendena, Jakarta Selatan, Selasa (5/1) kemarin.
"Jadi, protein dan karbohidrat enggak seimbang. Jadinya aku sakit maag, terus panas, dan demam."
Karena tak kunjung ditangani, maag yang diderita Juwita Bahar semakin parah.
Tahu kondisi sang anak semakin parah, Memo Sanjaya, ayah Juwita Bahar, langsung membawanya ke rumah sakit.
Di situlah Juwita Bahar divonis oleh dokter "Kanker otak atau virus otak, apalah soal otak," tutur Juwita Bahar.
Tapi Juwita Bahar mengaku kurang tahu, entah meningitis atau apa.
"Kata dokter kesempatan hidup 50:50, kalau hidup akan lumpuh kayak Gugun Gondrong," terangnya.
Setelah akhirnay sadar setelah mengalami koma selama 15 hari, Juwita Bahar mengaku mengalami hidup yang sama sekali berbeda.
Menurutnya, semua saraf yang ada dalam otaknya tak lagi berfungsi dengan baik.
"Jadi bangun tidur (koma) tuh biasa aja, tapi semua anggota badan kayak enggak aktif gitu, kayak belajar duduk dan gerakin kepala," ungkap Juwita.
Juwita Bahar mengaku tidak bisa menggerakkan badannya sama sekali, seperti bayi lagi.