"Karena polusi disebabkan karena inkonsitensi informasi, aturan, akhirnya orang mengkontruksi sendiri."
"Social construction itu mengkontruksi sendiri yang disebut dengan new normal itu yang ini, ketika dia keluar rumah nggak apa-apa, ke pasar nggak apa-apa, beli di toko-toko pinggir jalan nggak apa-apa," jelas Drajat.
"Nah ya sudah ini, sudah dianggap normal oleh mereka, jadi terjadi new normal versi masyarakat atau new normal versi sosial," tambahnya.
Menurut Drajat, new normal versi masyarakat atau new normal versi sosial ini secara alami berjalan, yang ternyata timbul karena perbedaan definisi terhadap kebijakan pemerintah.
Namun, menurutnya, saat ini masyarakat tetap menjalankan kebiasaan baru dengan mengenakan masker ketika berada di luar.
"Tapi itu udah didukung, saya lihat ya, walaupun orang berbondong-bondong tetapi kebanyakan sudah menggunakan pola-pola yang baru seperti memakai masker, mereka juga mau cuci tangan, tidak mudah berpelukan atau bersalaman dengan orang lain, itu menurut saya kebiasaan yang menurut mereka sudah diinternalisasi sebagai keamanan menghadapi COVID," ujarnya.
(Tribunnews)