Alasannya, gelar sarjana dari Amerika Serikat membuat mereka lebih menjual di dunia kerja.
Hal ini dibenarkan oleh Irene yang setelah lulus SMA di Singapura memutuskan melanjutkan kuliah di Negeri Paman Sam.
Dia ingin punya gelar sarjana berstandar internasional supaya dapat bersaing untuk masuk ke perusahaan di luar negeri.
“Aku menargetkan untuk kerja di luar negeri. Jadi, kuliah di universitas punya nama di luar negeri sepertinya pilihan yang tepat,” ujar lulusan University of California, Los Angeles ini ketika diwawancarai Hai lewat sambungan telepon.
Berbeda dengan Irene, Liana, yang telah menyelesaikan program Human Services and Psychology di New York, menceritakan hal berbeda.
Beberapa model pembelajaran membuatnya belajar berpikir out of the box.
“Gw pernah ikut kelas Critical Thinking waktu kuliah, dan itu iya bener setiap hari lo di-challenge untuk berpendapat dan debat," katanya.
Liana yang sejak SMA sudah bersekolah di Amerika Serikat juga menceritakan bagaimana pelajar SMA digembleng sebelum memasuki jenjang kuliah.
"Ada tes dulu, SAT dan ACT. SAT itu Matematika, Sains, Sejarah dan ACT itu English, writing, dan sebagainya. Kalau jelek di salah satu mata pelajaran, kita ditempatin di kelas khusus mata pelajaran itu. Sampai nilai kita sesuai standar college yang dituju,” katanya.
Daya tarik Amerika Serikat sebagai tujuan belajar
Kepopuleran Amerika Serikat sebagai tujuan berkuliah dibuktikan oleh data Institute of International Education (IIE).
Pada tahun akademik 2018/2019 setidaknya ada 9.130 pelajar Indonesia yang berkuliah di sana.