Follow Us

Kisah Miris Ratusan Ribu Tenaga Medis di India Rela Pertaruhkan Nyawa jadi Garda Terdepan Perangi Virus Corona Tapi Cuma Dapat Bayaran Rp 6000

Rahma Imanina Hasfi - Sabtu, 18 April 2020 | 15:00
Pesan mengharukan tenaga medis di Malaysia terkait penyebaran virus corona.

Pesan mengharukan tenaga medis di Malaysia terkait penyebaran virus corona.

Suar.ID - Sekitar 900,000 wanita pekerja kesehatan masyarakat, yang disebut Ashas, berada di garda terdepan dalam upaya pemerintah India memerangi virus corona COVID-19. Berada di garda terdepan, tak ayal membuat hidup mereka terancam dengan risiko tinggi akan terpapar virus tersebut.Apa yang dilakukan para perempuan India itu memang sangat mulia.

Baca Juga: Dikabarkan Bakal Nikah dengan Aurel Hermansyah dalam Waktu Dekat, Atta Halilintar Malah Kepergok Dapat Panggilan Mesra dari Penyanyi Dangdut Seksi Ini Sayangnya, hal itu tidak disertai perhatian apalagi penghargaan dari pemerintah negeri itu.Bukan hanya sekedar risiko tinggi pulang membawa virus corona ke keluarga, ratusan ribu perempuan itu juga rentan akan serangan-serangan stigma negatif di sosial masyarakat.

Dan tidak sedikit dari mereka, seperti di Indonesia, dilarang memasuki kampung mereka sendiri.

Dilansir BBC, Jumat (17/4/2020), pemerintah India hanya membayar mereka 30 rupee per hari atau sekitar Rp6100 atau kurang dari $1 (Rp15,487)untuk melakukan pekerjaan berbahaya dan berisiko tinggi tersebut."Di mata pemerintah, harga nyawa kami hanya 30 rupee (kurang dari $1)," kata Alka Nalawade, seorang pekerja kesehatan masyarakat (Ashas) di negara bagian Maharashtra.

Baca Juga: Jengkel Suami Diam-Diam Beli Mobil Rp 1 M, Sang Istri Denny Cagur 'Balas Dendam' Jual Ini: Impas, Jangan Mau Menang Sendiri"Pemerintah membayar kami 1000 rupee per bulan untuk berada di garis depan menghadapi virus corona. Itu artinya kami menerima hanya 30 rupee per hari," sambungnya."Bagaimana kami menghidupi keluarga dengan 30 rupee? Bagaimana jika saya terinfeksi virus (corona)? Siapa yang akan menjaga kami? Akankah saya bisa mendapatkan perawatan dengan bayaran 30 rupee?"Nalawade adalah seorang single mother atau ibu tunggal yang tinggal di desa Pawarwadi.

Ia telah menjalani profesinya sebagai Ashas selama 10 tahun.Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, profesi Nalawade mengharuskannya berada di barisan terdepan untuk menyambangi masyarakat secara door to door.Tugasnya adalah mengawasi masyarakat yang terdeteksi memiliki gejala-gejala virus tersebut, sekaligus mendidik mereka akan pentingnya isolasi mandiri.Dalam melakukan pekerjaannya tersebut, pemerintah tidak membekali mereka dengan peralatan dan perlengkapan sebagaimana yang ditetapkan WHO.

Baca Juga: Sempat Digadang Bakal Jadi Istri ke 25 Vicky Prasetyo, Artis Cantik Ini Blak-blakan Soal Kehidupan Lamanya, Ayahnya Bangkrut Hingga Terpaksa Lakukan Hal IniBahkan tidak dilengkapi masker atau cairan sanitiser sekalipun.Pemerintah India beralasan jika saat ini pihaknya kekurangan perlengkapan. Bahkan dokter dan perawat di rumah sakit pun tidak terlindungi dengan APD yang semestinya.

Dengan kondisi tersebut, para pekerja kesehatan, termasuk Nalawade, hanya mengenakan masker dari bahan katun yang dicucinya setiap hari.Menanggapi situasi tersebut, pejabat negara bagian Maharashtra, Rajendra Yadravkar, mengatakan telah melaporkan hal itu ke pemerintah pusat. Namun untuk kelanjutan dari laporan itu, Rajendra enggan berkomentar."Setiap kali ada kekurangan peralatan dan perlengkapan kesehatan, kami langsung memerintahkan pemerintah lokal untuk menanggulanginya," kata Rajendra Yadravkar, pejabat Kementerian Kesehatan Negara Baigian Maharashtra."Ashas mempertaruhkan nyawa mereka dengan bayaran yang sangat kecil. Mereka harus dilindungi. Adalah kewajiban pemerintah (pusat) untuk mendukung dan melindungi mereka," sambungnya.Dilansir worldometers.info, per hari Jumat (17/4/2020), jumlah penderita virus corona COVID-19 di India berjumlah 13,495 orang dengan jumlah kematian mencapai 448 orang.

Baca Juga: Jawaban Telak Agnez Mo Ditanya Dewi Perssik Tanggapannya Soal Artis yang Terkenal karena Sensasi, Bukan Prestasi

Source : BBC

Editor : Rahma Imanina Hasfi

Baca Lainnya

Latest