Follow Us

Operasi Permadani Terbang: Sebuah Misi Rahasia Soeharto untuk Benny Moerdani dengan Kirim 2.000 Pucuk Senjata

Adrie P. Saputra - Rabu, 11 Maret 2020 | 08:30
Presiden Soeharto
instagram.com/ @hputrasoeharto (tangkap layar)

Presiden Soeharto

Lalu, disepakatilah operasi bersama yang diberi nama Babut Mabur atau permadani terbang.

Ilustrasi senjata
Tribunnews.com/ Dennis Destryawan

Ilustrasi senjata

Operasi ini untuk mengirimkan senjata-senjata sumbangan dari Uni Soviet yang diterima Indonesia saat Trikora, diserahkan kepada pejuang Afganistan.

Tentu saja atas persetujuan Presiden Soeharto.

Teddy Rusdy dalam buku biografinya yang berjudul "Think Ahead" menyebut senjata itu diangkut ke Jakarta dan disimpan di bandara Halim Perdanakusuma.

"Waktu itu terkumpul 2000 pucuk senjata, cukup untuk dua batalion" kata Teddy.

Pekerjaan berikutnya, Teddy diperintah Benny untuk menghapus nomor seri senjata-senjata itu.

Baru pada Juli 1981, persiapan pengiriman mulai dilakukan.

Semua senjata dimasukkan ke peti dan diberi tanda palang merah.

Sebagai kamuflase, peralatan tempur ini dicampur dengan obat-obatan dan selimut.

Teddy juga ditugasi Benny mengantar peti-peti tersebut dengan kargo udara, memakai Boeing 707 milik Pelita Air.

Pesawat ini diawaki kapten Arifin, Andullah, dan Danur.

Editor : Suar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular