Suar.ID -Seorang video blogger atau vlogger menjadi tersangka dalam pembunuhan bocah SD yang jasadnya ditemukan di tumpukan sampah.
Jasad bocah SD berinisial MR (13) ditemukan di kebun milik warga di Desa Prigi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (3/2/2020) malam.
Di mata warga, pelaku KR (34) dikenal sebagai sosok yang lugu dan penakut, namun warga dikejutkan dengan terungkapnya fakta pelaku sebenarnya.
Sebelumnya Kapolsek Sigaluh AKP Priyo Jatmiko menjelaskan korban dilaporkan hilang sejak Jumat (31/1/2020).
Baca Juga: Bunuh Kekasihnya yang Seorang Ketua Waria, Pria Bengkulu Ini Terancam 15 Tahun Penjara
Warga yang berusaha mencarinya lantas mencium aroma tak sedap dari kebun milik seorang warga bernama Sadiri.
Butuh tiga hari bagi warga untuk menemukan jasad bocah SD malang tersebut di tumpukan sampah di kebun Sadiri.
Saat ditemukan, jasad MR (13) sudah tidak bernyawa dan ditemukan dalam kondisi tengkurap dan diduga menjadi korban kekerasan.
Sebab ditemukan ada luka goresan di leher korban yang diduga menjadi penyebab kematiannya.
"Diduga korban meninggal akibat kekerasan, saat ini sedang dalam pendalaman Satuan Reskrim Polres Banjarnegara," kata Priyo saat dihubungi Tribun Jabar, Selasa (4/2/2020).
Bikam Sukamto, ayah MR tak menyangka ada seseorang yang tega melukai anaknya hingga meninggal.
Pasalnya, Ia mengatakan di hari nahas itu MR diketahui keluar rumah untuk membeli jajan lalu main.
"Tapi cerita mbak ayunya, dia mau beli jajan terus main," katanya.
Namun sejak saat itu MR tak kunjung pulang, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Setelah sejumlah bukti berhasil dikumpulkan, rupanya sosok pelaku pembunuhan mengarah pada seorang vlogger berinisial KR (34).
KR yang tak lain adalah tetangga korban, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi setelah melakukan penyelidikan.
"Hasil gelar perkara penyidik terhadap yang bersangkutan, orang yang kami tangkap kita naikkan statusnya jadi tersangka," kata Dwi, Rabu (5/2/2020).
Lebih lanjut, Dwi mengatakan, KR diduga telah merencanakan pembunuhan terhadap MR.
Dwi mengungkapkan, polisi sedang mendalami kemungkinan adanya kekerasan seksual terhadap korban.
"Sedang didalami, kemungkinan itu ada. Kalau ada perkembangan kami segera sampaikan kepada publik," kata Dwi.
Pihaknya saat ini tengah fokus mengumpulkan bukti-bukti secara ilmiah untuk menjerat tersangka.
Terkait dengan kondisi kejiwaan, kata Dwi, tersangka dalam kondisi sehat, namun tersangka diduga mengalami disorientasi seksual.
"Tersangka tidak mengalami gangguan jiwa, dia sehat secara kejiwaan, namun kemungkinan yang bersangkutan mengalami disorientasi seksual, tapi masih kami dalami secara ilmiah," ujar Dwi.
Atas perbuatannya KR pun terancam dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
WargaKaget saat Tahu Fakta Sebenarnya
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Nijo tidak pernah menyangka KR bisa berbuat demikian hingga merenggut nyawa bocah SD.
Ia mengaku selama ini cukup dekat dengan KR karena usia yang sebaya.
Sejauh ini, di matanya, tidak ada perilaku menyimpang yang dilihatnya dari KR.
KR menjalani hidup normal seperti umumnya warga lain di desa.
Hanya, dia akui, KR sedikit tertutup atau kurang bergaul dengan warga.
Tapi ini tak lepas dari kepribadiannya yang pemalu dan lugu.
Karena kepribadiannya itu, ia tak menyangka jika tersangka berani melakukan kejahatan.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan enggan Pulangkan 600 WNI Eks ISIS kembali ke Indonesia, Fadli Zon: Jangan Begitulah!
"Dia itu lugu dan penakut. Makanya saya sendiri gak menyangka kalau ada kejadian ini," katanya.
Di rumahnya, KR diketahui mulai membangun usaha dengan kemampuan IT yang dimiliki.
KR membuka usaha jasa layanan editing video.
Meski memiliki sifat dasar pemalu, KR cukup percaya diri mengambil video (vlog) tentang kegiatannya di desa, lalu mengunggahnya di media sosial.
Keahlian KR dalam memanfaatkan IT ini tentu membuat warga takjub.
Terlebih masyarakat desa masih banyak yang gagap teknologi.
Kekaguman warga pun bertambah lantaran tahu bahwa KR tidak sekolah sama sekali, tapi cukup pandai memanfaatkan teknologi.
"Dia tidak sekolah sama sekali. Gak tahu belajarnya darimana," kata Nijo.
(Tribun Jabar)