"Pondok cinta memberi kita kebebasan dan merupakan cara terbaik mengetahui siapa yang benar-benar kita sukai," katanya.
Menariknya, di Kreng kekerasan seksual jarang terjadi dan pemerkosaan hampir tidak ada.
Anak-anak Kreung tidak memiliki sikap agresif, mereka diajari sikap menghormati wanita karena mereka bisa memengaruhi peternakan hewan keluarga dan hal lainnya.
"Ketika anak laki-laki tidur sepanjang malam, jika aku tidak ingin mereka menyentuhku mereka tidak akan benari. Kami hanya bicara dan tidur, ”kata Nang Chan. "Jika aku punya pacar istimewa dan kami saling mencintai, aku akan dekat dengannya. Tetapi jika aku berhenti mencintainya dan menyukai pria lain, aku akan berhenti berhubungan intim dengan mantanku," katanya.
"Aku sudah tinggal di gubuk sejak usia 15 dan sejak itu sudah ada 4 pacar istimewa. Aku tidak menghitung berapa banyak orang yang datang untuk menginap. Ada 2-3 orang di malam hari," katanya.
Orang Kreung telah diperintahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Sebelumnya, suku tersebut membuat "pil KB" sendiri, yang terbuat dari bahan kayu, anggur, dan kelabang.
Berkat propaganda organisasi non-pemerintah setempat, alat kontrasepsi secara bertahap menjadi lebih populer.
Namun, budaya tersebut sudah semakin memudar karena tergerus budaya modern yang beranggapan bahwa berhubungan intim pra nikah bukanlah hal yang benar. (Afif Khoirul M./Intisari)