Pengalaman buruk semasa kecil di pengungsian dan kerasnya perjuangan keluarganya (orang-orang Kurdistan) dalam peperangan di Irak telah membentuk Joanna berbeda dengan perempuan pada umumnya.
Pada usia empat tahun, dia sempat diungsikan ke Denmark untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Namun keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajaknya berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Darahnya selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS memperlakukan anak-anak dan perempuan dengan amat buruk.
Selanjutnya, keluarga di perkampungan Kurdistan Irak hanya bisa terpana mendengar Joanna meninggalkan bangku kuliah, pergi ke Irak pada 2014.
“Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka,” ungkapnya kepada Daily Mail.
Pimpinan ISIS bukannya tak menyadari bahwa Kurdi punya mesin pembunuh yang agak unik tersebut.
Untuk itu, mereka telah mengumumkan bahwa kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani akan diberi hadiah sebesar 1 juta dolar.
Kalau dirupiahkan ya sekitar Rp13 miliar.
"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks,” ungkapnya kepada Daily Mail.