"Sampai di dalam ada pembalut, plastik, kayu-kayu. Sama saya diambil dapat setengah plastik besar pasir sama lumpur dapat satu karung. Sampah yang paling banyak itu pembalut, pampers, plastik, dan kayu-kayu kecil," tuturnya.
Uha yang tidak memiliki pekerjaan tetap ini mengaku tidak pernah jijik masuk ke gorong-gorong yang dipenuhi air kotor dan sering berbau tidak sedap.
"Ah enggak (jijik), anggap saja masuk kolam renang. Saya sudah sering bolak-balik masuk ke gorong-gorong kalau lagi meluap. Kalau dihitung sudah 20 tahun sejak gorong-gorong ini ada," akunya.
Pria yang dijuluki manusia gorong-gorong ini mengaku, alasan dirinya nyemplung ke gorong-gorong sedalam 3 meter tersebut dikarenakan geram dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandung yang lambat membersihkan saluran drainase.
"Ini mah inisiatif dari saya saja sendiri, soalnya petugas bilangnya nanti-nanti terus. Pernah datang, tapi datangnya kalau sudah surut," kata Uha saat ditemui di Jalan Haji Syahroni.
Uha berharap kepada masyarakat sekitar bisa lebih peka dalam menjaga kebersihan saluran drainase.
"Saya mah cuma minta masyarakat sadar, jangan buah sampah lagi ke selokan dan gorong-gorong. Gorong-gorong ini sudah kecil jangan dimasukin sampah lagi," tuturnya.
Sementara kepada Pemerintah Kota Bandung, Uha berharap gorong-gorong di wilayah Kelurahan Cikutra diperbesar agar mudah mengontrolnya ketika ada luapan air.
"Dalammya memang 3 meter, tapi di dalam salurannya cuma 14 inchi," bebernya.
Lurah Cikutra Asri Desiyani mengaku, bangga dan mengapresiasi apa yang dilakukan Uha.