"Ayah saya mendapat pemberitahuan dari guru bahwa saya tidak mengerjakan tugas. Jadi, saya diminta berlutut dan mengemis minta makan," ujarnya.
Polisi Shanghai langsung membawanya ke kantor, di mana mereka menawarkan anak itu biskuit serta segelas minuman hangat.
Penegak hukum segera menghubungi ibu bocah yang tak disebutkan identitasnya itu, dan menjemputnya satu jam berselang.
Kepada polisi, ibu itu mengatakan suaminya sangat kecewa karena dia sering mendengar anaknya itu tidak menyelesaikan PR.
Karena itu, dia pun merancang hukuman seperti apa kehidupannya jika pendidikannya tidak tuntas. Hanya, dia tidak setuju dengan metode suaminya.
Dilaporkan Kankannews.com, polisi memperingatkan ibu itu bahwa selain menghancurkan rasa percaya diri anak, hal itu juga bisa dikategorikan mengganggu ketertiban umum.
Pendidikan keras yang dialami bocah itu bukan hal baru di China. Meski begitu, aksinya tetap dikritik oleh media setempat.
"Apa yang ayah itu pikirkan? Untungnya ada polisi yang sigap. Mungkin semuanya akan buruk jika dia terlambat diketahui," ujar seorang warganet.
Sementara netizen lainnya mencoba memaklumi bahwa ayahnya mungkin sudah pernah mengalami hidup pahit, jadi dia tidak ingin anaknya ikut mengalami.
"Hanya, mengemis di tempat umum seperti stasiun kereta adalah perbuatan yang sangat berbahaya," kata netizen itu.