Satu-satunya pengalaman yang dia miliki hanyalah menjadi penumpang.
Selebihnya dia menghabiskan hidupnya di dunia perbankan (Bank Niaga) dan perhotelan.
Wajar saja dia risau.
Apalagi utang Garuda saat itu telah mencapai 1,2 miliar dolar, lebih besar dari seluruh asetnya.
Selain itu, Garuda memiliki karyawan hampir 13.000.
Padahal kebutuhannya hanya sekitar 6.000 orang.
Banyak rute yang tidak produktif, sepi penumpang tetapi dibiarkan bertahun-tahun.
Citra pelayanannya buruk, sering delay tanpa pemberitahuan.
Sehingga Garuda diplesetkan sebagai "Garuda Always Reliable Until Delay Announced".
“Singkatnya, Garuda telah salah urus,” tulis Rhenald.