Kemudian tahun 2018 ada sebanyak 207 titik lokasi sarang tawon dan tahun 2019 ada 236 titik lokasi sarang tawon.
"Tapi kemarin sempat konsultasi ke LIPI siklus hidup tawon berada di wilayah panas dan masa bertelurnya ketika memasuki musim penghujan (November)," kata Eddy.
"Bulan-bulan seperti ini (November) akan banyak dijumpai sarang tawon ini di permukiman," sambungnya.
Sementara itu, menanggapi kasus tawon endhas di Klaten ini, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Rosichon Ubaidillah MPhill, Sabtu menjelaskan bahwa tawon endhas memang sudah lama menjadi masalah, khususnya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Ia juga mengatakan jika tawon endhas sudah berkali-kali menelan korban jiwa di Klaten.
Rosichon menjelaskan bahwa sebenarnya tawon endhas merupakan serangga sosial dan pemangsa serangga atau Arthropoda lain.
Sementara itu sengatan dan racunnya digunakan sepenuhnya untuk pertahanan diri ketika individu atau koloninya diserang oleh siapapun, termasuk manusia.
Dalam satu koloni atau satu sarang, bisa terdapat ratusan hingga ribuan individu tawon. Hal inilah yang membuat sengatan tawon ndas tidak bisa disepelekan.
"Sengatan (tawon ndas) bisa mematikan binatang vertebrata lain atau manusia yang mengganggunya dan apabila jumlah sengatannya cukup banyak, sangat mematikan," jelasnya.
Jika tawon endhas sampai menyengat manusia, kata Rosichon umumnya rasa nyeri menjadi gejala awalnya.