"Pertama, makam tersebut adalah makam seorang tokoh sakti mandraguna bernama Ragasemangsang,"
"Saking saktinya, Ragasemangsang hanya bisa mati jika bagian tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian," kata Karto.
"Selain itu, bagian tubuhnya sama sekali tidak boleh menyentuh tanah, sebab jika menyentuh tanah akan kembali bersatu,"
"Oleh sebab itu, tubuhnya harus digantung agar tidak menyentuh tanah," tambahnya.
Konon ceritanya pada ratusan tahun lalu terjadi pertarungan antara dua orang sakti, yaitu Mbah Ragasemangsang (protagonis) dan Raden Pekih (antagonis) yang meresahkan masyarakat.
Dalam pertarungan tersebut Raden Pekih kalah oleh Mbah Ragasemangsang.
Sebab, Mbah Ragasemangsang memiliki kemampuan meski tubuhnya telah dipotong-potong oleh senjata akan selalu menyatu kembali setiap menyentuh tanah.
Karena kalah ilmu dalam pertarungan, Raden Pekih luka parah dalam adu kesaktian sampai akhirnya tewas.
"Mbah Ragasemangsang itu hanya dapat mati jika digantung, intinya tidak bersentuhan dengan tanah,"
"Lokasi makam sekarang itu, tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang yang lantas dikeramatkan," ungkap Karto.