Karena kemampuan berbahasa Indonesia kurang, akhirnya diputuskan aku tetap menempuh pendidikan di Jerman.
Sekolah Dasar di Hamburg (1969-1973), SMA juga di kota itu 1981-1986, kuliah di Technical University of Munich.
Pendidikanku berlanjut hingga meraih gelar Doktor - Ingenieur di universitas yang sama pada tahun 1994.
Aku melihat sosok Ayah dan Ibu sebagai pasangan yang saling melengkapi.
Ayahku yang dominan dan kerap "meledak-ledak" berjodoh dengan ibu yang sabar dan cenderung tidak suka marah.
Ada yang berkomentar bila ayahku bersuara agak keras dan marah-marah, ibuku si lembut hati akan memegang tangannya.
Ayahku langsung menurunkan nada suaranya dan tenang. Lantas dengan bijak, Ibu berkomentar "He is my big eye and I am the small eye."
Kami bertiga sering ngobrol bersama. Ayahku dominan dalam pembicaraan, apalagi bila terlibat dalam diskusi.
Ayah cenderung memimpin pembicaraan dan ibuku memberi komentar bila diperlukan.
Meskipun ia tergolong pendiam dan tidak obral kata, namun aku memiliki kedekatan yang luar biasa dengannya. (K. Tatik Wardayati/Intisari)
Baca Juga: Inilah Peristirahatan Terakhir Ani Yudhoyono, Dekat dengan Makam Ainun Habibie