"Kupikir dia tidak akan selamat karena kita basah kuyup oleh hujan," tambahnya.
Kelahiran dan cobaan yang menerpa keluarganya menjadi pengingat perjuangan minoritas muslim yang tidak memiliki kewarganegaraan untuk menyelamatkan diri dari peristiwa naas tersebut.
Mereka terpaksa harus melarikan diri dari tanah airnya karena tragedi pembantaian tersebut.
Mohammad Selim, ayah Shah, mengkalim putranya sebagai anak "ajaib".
“Allah menyelamatkan anak saya malam itu. Semua memuji Dia,” kata Selim.
Selim juga menambahkan, anak-anaknya yang lain masih mengalami trauma karena perjalanan berbahaya itu.
"Saya bahagia karena Shah tidak harus melalui kesengsaraan itu. Saya akan menjadikannya sarjana Islam suatu hari nanti,” tambahnya.
Apa yang dialami Khatun dan keluarganya bukan satu-satunya cerita menyedihkan yang dialami para pengungsi Rohingnya.
Akibat peristiwa tragis tersebut, diperkirakan 400 orang telah terbunuh oleh tentara Myanmar.
Mereka dibantai dan dikubur di lima kuburan masal. (Ariska Puspita Anggraini)