Menurut dia, instalasi seni tidak hanya dilihat dari kacamata awam.
"Mungkin saja ada filosofinya kan. Kadang orang awam lihat seni kan anggapnya jelek, tapi justru itu seninya," ujarnya.
Ia pun mengapresiasi jika Pemprov DKI bisa lebih sering menghadirkan instalasi seni di tengah masyarakat.
"Enggak apa-apa kalau sering, apalagi hanya di tengah kota gini kan," tutur karyawan swasta ini.
Berbeda dengan Nirwan, Zahri Adrian (28) justru menilai anggaran yang digunakan untuk instalasi batu terlalu besar, padahal anggaran itu bisa digunakan untuk kepentingan lain.
"Saya pikir apa pemerintah kebanyakkan duit ya? Sampai bentukan batu begini saja Rp 150 juta. Mungkin bisa difokusin buat pengendalian polusi yang lain aja sih," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, susunan bebatuan itu disebut instalasi gabion (bronjong).
Baca Juga: Tak Terima Diputus Cinta, Sepasang Kekasih Ditembak Mantan Pakai Senapan Angin di Jakarta Timur
Ia menjelaskan, ada tiga pilar dalam instalasi gabion itu yang menggambarkan tanah, air, dan udara.
"Sehingga makna instalasi ini adalah penyelarasan lingkungan di mana di bawahnya kami tanam juga yang contoh-contoh tanaman enyah polusi," kata Suzi, Rabu.
Suzi mengatakan, instalasi gabion itu dibuat khusus untuk menyerap polusi udara.
Ia menambahkan, instalasi gabion itu dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait jenis tanaman anti-polutan.